Pages

Popular Posts

Wednesday, December 22, 2010

LANDASAN TEORI PSIKOLOGI (PSIKOLOGI SOSIAL)

PROGRAM PASCASARJANA

TEKNOLOGI PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2010

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan selalu melibatkan aspek kejiwaan manusia, sehingga landasan psikologis merupakan salah satu landasan yang penting dalam bidang pendidikan. Psikologi atau ilmu jiwa adalah ilmu yang mempelajari jiwa manusia. Jiwa itu sendiri adalah roh dalam keadaan mengendalikan jasmani yang dapat dipengaruhi oleh alam sekitar. Karena itu jiwa atau psikis dapat dikatakan inti dan kendali kehidupan manusia, yang berada dan melekat dalam manusia itu sendiri (Pidarta, 2007: 194). Pemahaman peserta didik dalam kaitan dengan aspek kejiwaan merupakan salah satu kunci keberhasilan pendidikan. Oleh karena itu, hasil kajian dan penemuan psikologis sangat diperlukan penerapannya dalam bidang pendidikan. Adapun aspek landasan

Psikologis meliputi psikologi perkembangan, psikologi belajar, psikologi sosial dll.Dalam makalah ini akan dibahas mengenain psikologi sosial. Psikologi mempelajari perilaku manusia dari segi-segi proses individual dan kurang menaruh perhatian pada kehadiran orang lain, sedangkan psikolog sosial mempelajari prilaku manusia sebagai anggota dari suatu kelompok. Di dalam psikologi sosial, peranan kelompok mendapat perhatian yang besar. Salah satu kebutuhan manusia adalah memelihara hubungan sosial dengan sesama dalam masyarakat karena setiap orang membutuhkan orang lain. Kemampuan sosial tumbuh dan berkembang, sejak masa bayi. Lingkungan masyarakat dan kebudayaan mewarnai proses perkembangan sosial yang mendukung penyesuaian dirinya ke dalam masyarakat (sosialisasi). Sosialisasi menumbuhkan kemampuan seseorang membina berbagai hubungan dengan sesamanya. Sehingga diharapkan perkembangan sosial yang positif dan sehat pada peserta didik. Untuk itu pendidik dalam melaksanakan tugasnya perlu memahami pola hubungan dan perkembangan sosial peserta didiknya.

1.2 Permasalahan

` Adapun permasalahan yang akan dikaji dalam makalah ini adalah :

1. Apakah Definisi dari Psikologi Sosial?

2. Apakah Teori dalam Psikologi Sosial (Orientasi Faktor Penguat dan Orientasi Psikolanalisis)?

3. Penerapan Teknologi Pendidikan yang Berlandaskan Teori Psikologi Sosial

1.3 Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dalam makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui Definisi dari Psikologi Sosial

2. Untuk mengetahui Teori dalam Psikologi Sosial (Orientasi Faktor Penguat dan Orientasi Psikoanalisis)

3. Untuk mengetahui Penerapan Teknologi Pendidikan yang Berlandaskan Teori Psikologi Sosial

2. BAHASAN UTAMA

2.1 Psikologi Sosial

2.1.1 Definisi Psikologi Sosial

Psikologi adalah ilmu tentang perilaku dan proses mental. Sosial (massa) dapat diartikan sebagai bentuk kolektivisme (kebersamaan). Oleh karena itu psikologi massa atau psikologi sosial akan berhubungan perilaku yang dilakukan secara bersama-sama oleh sekelompok massa. (http. suryanto.blog.unair.ac.id di akses 15 Oktober 2010). Psikologi sosial adalah psikologi yang mempelajari psikologi seseorang di masyarakat, yang mengkombinasikan ciri-ciri psikologi dengan ilmu social untuk mempelajari pengaruh masyarakat terhadap individu dan antarindividu (Hollander dalam Pidarta, 2007:219).

Definisi Psikologi Sosial yang diberikan oleh para Sarjana Psikologi Sosial menunjukan ruang lingkup Psikologi Sosial. Beberapa definisi diantaranya adalah sebagai berikut :.

Social Psycology is scientific study of the experience and behavior of individuals in relation to social stimulus situation” (Sherif & Sherif dalam Sarwono, 1984: 3).

Social Psycology can be defined as the science of interpersonal behavior events” (Krech, Crutchfield & Ballachey dalam Sarwono, 1984:3).

Social Psycology is the scicentific studyof human interaction” (Watson dalam Sarwono, 1984:3).

Social Psycology is the study of the individual human being as he interacts, largely symbolically with his environment” (Dewey & Humber dalam Sarwono, 1984:3).

Social Psycology is a subdiscipline of psychology that especially involves the scienctific study of the behavior of individuals as a function of social stimuli” (Jones & Gerard dalam Sarwono, 1984:3).

Social Psycology is ther scienctific study of the experience and behavior of individuals in relation to other individuals, groups and culture (Mc. David & Harari dalam Sarwono, 1984:3).

Dari keterangan definisi tersebut di atas, dapat dibedakan 3 wilayah studi Psikologi sosial :

1. Studi tentang pengaruh sosial terhadap proses individual, misalnya studi tentang persepsi, motivasi, proses belajar, sifat.

2. Studi tentang proses-proses individual bersama, seperti bahasa, sikap sosial dan sebagainya.

3. Studi tentang interaksi kelompok, misalnya kepemimpinan, komunikasi, kerja sama, peran sosial dan sebagainya.

Dapat didefinisikan bahwa psikologi sosial adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku individu sebagai fungsi dari rangsangn sosial baik berupa norma-norma, kelompok sosial dan produk-produk sosial lainnya yang ada di sekitar individu (Sawono, 1984:4). Psikologi sosial fokus pada perilaku manusia yaitu bagaimana orang memandang & mempengaruhi orang lain. Psikologi sosial mempelajari mengapa situasi sosial dapat berpengaruh pada individu khususnya pada perilaku yang mengarah ke tindakan baik atau buruk, berkompromi atau bebas.

Psikologi sosial merupakan perkembangan ilmu pengetahuan yang baru dan merupakan cabang dari ilmu pengetahuan psikologi pada umumnya. Ilmu tersebut menguraikan tentang kegiatan-kegiatan manusia dalam hubungannya dengan situasi-situasi sosial. Dari berbagai pendapat tokoh-tokoh tentang pengertian psikologi sosial dapat disimpulkan bahwa psikologi sosial adalah suatu studi ilmiah tentang pengalaman dan tingkah laku individu-individu dalam hubungannya dengan situasi sosial. Secara sederhana objek material dari psikologi sosial adalah fakta - fakta, gejala - gejala serta kejadian - kejadian dalam kehidupan sosial manusia. Sekilas ternyata objek psikologi sosial mirip dengan ilmu sosiolgi dan bila digambarkan sebenarnya psikologi sosial adalah merupakan pertemuan irisan antara ilmu psikologi dan ilmu sosilogi.

2.1.2 Perkembangan Sosial

Secara psikologis, lingkungan mencakup segenap stimulasi yang di terima oleh individu mulai sejak dalam konsensi, kelahiran sampai matinya. Stimulus itu misalnya berupa: sifat-sifat “genes”, interaksi “genes”, selera, keinginan, perasaan, tujuan-tujuan, minat, kebutuhan, kemauan, emosi dan kapasitas interktual (Soemanto, 2006:84). Perkembangan sosial dipengaruhi faktor-faktor dari dalam dan luar diri individu. Dari dalam diri individu di kenal dengan konsep “aku”, perkembangan konsep aku pada masa bayi belum jelas namun akan berangsur-angsur mulai tumbuh dan berkembang (Tirtaraharja, 2005:110). Berbagai faktor yang ikut mempengaruhi terbentuknya konsep diri (self-concept) pada anak yang dapat mempengaruhi perkembangan kepribadiannya di gambarkan dengan skematis oleh crow dan crow seperti pada bagan 1.

Bagan 1

Berbagai Pengaruh dalam Pembentukan Konsep Diri (Self Concept)

(L.D. Crow dan A. Crow, 1962 Child Development and Adjustment dikutip dari Tirtaraharja, 2005: 111)

Ternyata terdapat sejumlah faktor yang ikut mempengaruhi pembentukan “konsep aku” diri anak, yang dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian anak. Yang akan di bahas secara khusus yang berhubungan dengan sekolah (termasuk guru). Perlu ditekankan bahwa sesudah keluarga, sekolah merupakan lembaga yang paling besar pengaruhnya terhadap perkembangan kepribadian, bahkan sesudah orang tua, gurulah yang paling besar pengaruhnya terhadap perkembangan kepribadian anak termasuk pembentukan konsep diri. Tetapi terdapat perbedaan posisi antar keluarga (orang tua) dengan sekolah (guru) tehadap perkembangan kepribadian anak, yaitu sekolah tidak dari awal tetapi hanya melanjutkan apa yang telah di mulai di keluarga. Di samping itu, pada saat anak memasuki sekolah berarti telah terdapat dua lembaga yang besar peranannya terhadap perkembangan kepribadian anak yakni keluarga dan sekolah. Apabila terdapat keserasian antara keduanya, maka pengaruhnya akan saling menguatkan, tetapi apabila keduanya tidak serasi, maka akan membingungkan anak. Hal ini menunjuk perlunya guru memahami pribadi anak yang telah diletakan di keluraga, serta perlunya hubungan dan kerjasama yang erat antara sekolah dan keluarga.

Menurut Hurlock dalam Tirtaraharja (2005:112) “ terdapat reaksi berantai antara kepribadian anak dan sekolahnya, yakni kepribadiannya sangat menentukan penyesuaiannya di sekolah, dan penyesuaiannya di sekolah berpengaruh besar tehadap konsep dirinya”. Oleh karena itu diperlukan bantuan dan bimbingan guru untuk memperlancar proses penyesuaian diri anak dengan situasi sekolah. Sikap siswa terhadap sekolahannya akan mempengaruhi baik prestasi akademik maupun non-akademik, untuk itu diperlukan komunikasi antarpribadi yang terbuka dan saling mempercayai antara guru dan siswa. Sehingga guru dapat membantu siswa memahami dirinya secara tepat serta dapat menerima dirinya dengan sewajarnya.

Dari luar diri individu adalah pengaruh lingkungan sosial dan kebudayaan masyarakat, termasuk didalamnya pengaruh pendidik pada umumnya yaitu orang tua dalam keluarga, pemimpin sebaya dalam masyarakat, guru di sekolah, serta pemimpin dalam masyarakat (Sinolungan, 1996:88). Kemampuan sosial berproses sejak bayi sampai akhir hayat dalam lingkungan. Hubungan atau interaksi dalam masyarakat, mempengaruhi perkembangan sosial individu, perkembangan sosial berubah dari penuh ketergantungan menuju kemandirian dalam suasana kedewasaan yang bertanggung jawab, di tengah kelompok sosial seseorang dipengaruhi sebagai objek, dan sebagai subjek jika yang mempengaruhi perilaku sesama dalam lingkungannya. Tiap pendidik dalam arti luas itu diharapkan memberi teladan sambil menanamkan nilai-nilai luhur pada warganya dalam hubungan hidup bermasyarakat.

2.2 Teori Yang Ada dalam Psikologi Sosial

Berbagai teori yang ada dalam psikologi sosial dikelompokan dalam orientasi (Sarwono, 1984:12). Ada 4 orientasi dimana teori-teori itu dikelompokan yaitu :

a. Orientasi Faktor Penguat

b. Orientasi Teori Lapangan

c. Orientasi Kesadaran

d. Orientasi Psikoanalisa

Yang akan akan dipaparkan dalam makalah ini mengenai Orientasi Faktor Penguat dan Orientasi Psikoanalisa

2.2.1 Orientasi Faktor Penguat

Salah satu aliran yang besar besar pengaruhnya dalam psikologi adalah aliran Behaviorisme. Menurut J.B. Watson dalam Sarwono (1984:13) berpendapat bahwa agar psikologi dapat tetep ilmiah, maka ia harus objektif dan agar it tetep objektif ia hanya dapat mempelajari tingkah laku yang Nampak oleh mata (Overt), oleh sebab itu setiap tingkah laku ditentukan di atur oleh rangsang. Teori yang mementingkan hubungan dan tingkah laku balasan ini disebut teori rangsang balas (Stimulus-respons theory).

2.2.2 Teori Perkuatan Dollard dan Miller

Teori ini termasuk dalam aliran Behaviorisme moderat dan merupakan modifikasi serta penyederhanaan Teori Perkuatan Leonard Clark Hull yang dihasilkan oleh kerjasama dari John Dollard dan Neal Miller. Selain itu, teori ini juga bertolak dari Teori Psikoanalitis serta temuan-temuan dan generalisasi dari antropologi sosial. Maka tidak diragukan lagi teori ini bercorak klinis dan sosial. Dalam makalah ini, Teori Perkuatan Dollard dan Miller akan dibagi secara ringkas ke dalam lima sub pokok bahasan mulai dari, Struktur Kepribadian, Dinamika Kepribadian, Perkembangan Kepribadian,

a. Struktur Kepribadian

Dollard dan Miller kurang menaruh minat pada unsur-unsur struktural atau unsur-unsur yang relatif tidak berubah dalam kepribadian, tetapi berminat pada proses belajar dan perkembangan kepribadian. Kebiasaan adalah konsep struktural kunci dalam teori ini sebagaimana telah dijelaskan dalam eksperimen bahwa kebiasaan merupakan asosiasi antara stimulus (baik eksternal maupun internal) dan respon. Susunan dari kebiasaan yang telah dipelajari tersebut membentuk kepribadian.

Sejumlah kebiasaan melibatkan respon internal yang membangkitkan stimulus internal yang bersifat dorongan (drive). Dorongan itu sendiri merupakan stimulus yang cukup kuat untuk mengaktifkan perilaku (Sarwono, 1984:24). Dorongan terbagi menjadi dua jenis, yaitu:

· Dorongan Primer (primary drives):

Adalah dorongan-dorongan yang berkaitan dengan kondisi fisik atau fisiologis, seperti lapar, haus, seks, dan sebagainya. Dorongan primer ini dianggap kurang penting oleh Dollard dan Miller dalam tingkah laku manusia karena fungsinya telah tergantikan oleh dorongan sekunder.

· Dorongan Sekunder (secondary drives):

Merupakan asosiasi pemuasan dari dorongan primer, seperti kecemasan, rasa takut, gelisah, dan sebagainya. Dorongan sekunder ini dibandingkan dengan dorongan primer dianggap memiliki peranan yang lebih penting dalam tingkah laku manusia karena lebih tampak secara nyata dan dipandang sebagai bagian-bagian kepribadian yang bersifat menetap.

b. Dinamika Kepribadian

Dollard dan Miller sangat eksplisit dalam mendefinisikan sifat motivasi. Mereka menguraikan secara rinci perkembangan dan perluasan motif-motif, tetapi mereka tidak membahas taksonomi dan klasifikasi motif. Mereka berfokus pada motif-motif tertentu, misalnya kecemasan, dan analisis motif dibuat untuk menjelaskan proses umum yang berlaku untuk semua motif. Pengaruh dorongan-dorongan pada manusia menjadi rumit karena munculnya sejumlah dorongan baru. Dorongan-dorongan yang baru merupakan hasil penurunan atau pemerolehan sama seperti dorongan yang dipelajari.

Selama proses pertumbuhan, tiap individu mengembangkan sejumlah besar dorongan sekunder yang bertugas membentuk tingkah laku. Dorongan-dorongan yang dipelajari ini diperoleh dari dorongan-dorongan primer, yang merupakan perluasan dorongan-dorongan tersebut, dan merupakan bentuk luar dimana tersembunyi fungsi-fungsi dorongan-dorongan bawaan yang mendasarinya. Stimulus dorongan sekunder umumnya telah menggantikan fungsi asli stimulus dorongan primer. Dorongan-dorongan yang diperoleh misalnya kecemasan, rasa malu, dan keinginan untuk menyenangkan orang lain, mendorong sebagian besar perbuatan manusia. Implikasi peranan dorongan-dorongan primer dalam banyak hal tidak dapat diamati lagi dalam situasi biasa pada seorang dewasa yang memasyarakat. Hanya dalam proses perkembangan, atau pada masa-masa kritis (gagal dalam penyesuaian diri menurut tuntutan kultural masyarakat), orang dapat mengamati dengan jelas bekerjanya dorongan-dorongan primer.

c. Perkembangan Kepribadian

Dalam perkembangannya, manusia mengalami proses belajar yang oleh Menurut Dollard dan Miller dalam Sarwono (1984: 24) dikemukakan empat konsep penting di dalamnya, yaitu: dorongan, sebagaimana telah dijelaskan di awal; isyarat (cue), adalah suatu stimulus yang membimbing respon organisme dengan mengarahkan atau menentukan ketepatan sifat responnya (isyarat ini menentukan kapan organisme harus merespon, mana yang harus direspon, dan respon mana yang harus diberikan); respon, merupakan bagian yang sangat penting dalam proses belajar, sebagaimana dijelaskan oleh Dollard dan Miller bahwa sebelum suatu respon tertentu dapat dihubungkan dengan suatu isyarat tertentu maka respon harus terjadi dahulu, dan tahap yang menentukan dalam proses belajar adalah menentukan respon mana yang cocok; dan perkuatan (reinforcement)

Proses-proses belajar yang terjadi mendasari perolehan dorongan sekunder yang merupakan perluasan dari dorongan primer. Stimulus yang kuat dapat membangkitkan respon internal yang kuat, yang lalu menghasilkan stimulus internal yang lebih lanjut lagi. Stimulus internal lanjutan ini bertindak sebagai isyarat untuk membimbing atau mengontrol dorongan yang memaksa organisme bertindak sampai ia mendapat perkuatan atau suatu proses lain yag menghalanginya. Proses perkuatan membuat respon atau perilaku dapat berulang, sedangkan proses lain yang menghalangi dapat secara berangsur-angsur menghapus respon tersebut. Penghapusan respon tersebut dapat juga dilakukan dengan counterconditioning di mana respon kuat yang tidak sesuai disesuaikan pada isyarat yang sama, misalnya stimulus (isyarat) yang menghasilkan respon takut dipasangkan dengan makanan, sehingga lama-lama respon takut tersebut bisa menghilang.

Sebagaimana ahli-ahli psikoanalisis, Dollard dan Miller sepakat bahwa 6 tahun pertama kehidupan merupakan faktor penentu penting bagi tingkah laku orang dewasa. Dan konflik tak sadar bisa dipelajari pada masa ini yang akhirnya menimbulkan masalah-masalah emosional di kehidupan kemudian.

2.2.3 Orientasi Psikoanalisis

Psikoanalisis pertama kali dikemukakan oleh Sigmund Freud, memang teori yang kontroversual. Teori freud memang sulit dipahami. Sebab yang pertama adalah karena konsepnya berubah-ubah (berkembang) terus. Kedua karena psikoanalisis hanya berfungsi sebagai teori, tetapi sekaligus juga teknik terapi dan teknik analisis kepribadian manusia. Ketiga, freud sendiri tidak banyak menulis tentang psikologi kelompok (Sarwono,1984:129). Konsep-konsep freud sendiri antara lain:

1. Variable-variable interpersonal dan aparat-aparat psikos.

Aparat-aparat psikis menurut freud dapat digolongkan kedalam 3 golongan yaitu;

· Libido

Libido adalah energi vital. Energi ini sepenuhnya bersifat kejiwaan dan tidak boleh dicampurkan dengan energi fisik yang bersumber pada kebutuhan-kebutuhan biologis seperti lapar dan haus. Freud mengemukakan bahwa manusia terlahir dengan sejumlah insting (naluri). Insting dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu insting hidup (life insting) dalah naluri untuk mempertahankan hidup dan keturunan dan Insting mati (death insting) adalah naluri yang menyatakan bahwa suatu saat orang itu akan mati insting mati ini menyebabkan perilaku-perilaku agresif. Sifat, kekuatan dan cara penyaluran dari libido pada masa kanak-kanak sangat menentukan kehidupan kejiwaan dan kepribadian orang yang bersangkutan. Karena itu masa kanak-kanak dipandang freud sebagai masa kritis yang penting sekali artinya.

· Struktur kejiwaan

Jiwa oleh freud dibagi dalam 3 bagian yaitu; Kesadaran (consciousness) ada;lah bagioan kejiwaan yang berisi hal-hal yang disadarinya, diketahuinya. Prakesadaran (preconsciousness) adalah bagian kejiwaan yang bersikan hal-hal yang sewaktu-waktu dapat dipanggil ke kesadaran melalui asosiasi-asosiasi. Ketidaksdaran 9uncosciousness) adalah proses-proses yang tidak disadari, akan tetapi tetap berpengaruh pada tingkah laku orang yang bersangkutan.

· Struktur kepribadian

Ada 3 sistem yang terdapat dalam struktur kepribadian yaitu;

· id adalah sumber dari segala energi psikis.

Jiwa seorang bayi yang baru lahir hanya terdiri dari id. Isinya adalah impuls-impuls yang berasal dri kebutuhan-kebutuhan biologic dan impuls-impuls inilah yang mengtur seluruh tingkah laku bayi. Semua cirri ketidak sadaran berlaku buat id; amoral, tidak terpengaruh oleh waktu, tidak memperdulikan realitas, tidak menyensor diri sendiri dan berkerja atas dasar prinsip kesengan. Obyek-obyek yang diperlukan untuk memenuhi impuls-impuls Dari id terletak dalam realitas, maka id menerlukan suatu system yang dapat menghubungkan dengan realitas (dunia nyata). Oleh karena itulah tumbuh system baru dalam jiwa bayi yaitu ego. Pertumbuhan ego sejak bayi itu dikonfrontasikan dengan kenyataan bahwa realitas adalah suatu hal yang tidak busa diperlakukan seenaknya saja. Fungsi utama ego adalah menghadapi realitas dan menterjemahakan untuk id.

* Ego juga beroperasi atas dasar proses berpikir sekunder. Persepsi dan kognisi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses sekundera tersebut.

* Superego adalah system moral dari kepribadian berisi norma-norma budaya, nilai-nilai social dan tata cara yang sudah diserap kedalam jiwa superego mempunyai prinsip yang bertewntangan dengan id. Superego berprinsip mencari kesempurnaan. Superego terbentuk sebagai reaksi terhadap tata aturan masyarakat yang dihadapkan kepada anak oleh orang tua ( atau tokoh orang tua) melalui mekanisme hukuman dan ganjaran. Tujuan utama proses sosilissi menurut freud adalah pembentukan superego yang sehat. Orang yang tersosialisasi adalah orang yang menerima tata aturan masyarakat sebagai aturan-aturannya sendiri. Tugas ego adalah menyusun strategi tingkah laku sedimikian rupa sehingga keinginan kedua pihak terpenuhi dan sekaligus nsesuai dengan realitas.

2. Pertahanan Ego

Untuk melindunginya dirinya dari keadaan yang menyenangkan itu ego melakukan maneuver (gerakan) yang disebut pertahanan ego Ego defense). Pertahanan ego ini mempunyai 2 ciri yaiti; mengabaikan atau mengacaukan realitas dan berkerja pada taraf ketidaksadaran.

a. Represi

Represi adalah memasukan hal-hal yang tidak menyenangkan dari dalam kesadaran, ke dalam ketidaksadaran. Hal yang tidak menyenangkan misalnya; cinta anak pada ibunya sendiri, rasa benci pada ayah, ketakutan akan dikeberi oleh ayah dsb. Energi-energi yang timbul sebagai akibat hal-hal yang direpres itu kemudian dapat disalurkan kepada obyek-obyek atau tingkah laku yang berbahaya buat ego.

b. Proyeksi

Dalam proyeksi seseorang melontarkan impuls-impuls, kainginan-keinginan, ide-ide dari dirnya yang tidak dapat diterimanya sendiri, kepada obyek atau orang lain diluar dirinya.

c. Pembentukan reaksi (Reaction Formation)

Mekanisme pembentukan reaksi adalah menekan impuls-impuls yang tidak disukai kedalam ketidaksadaran dan memunculkan hal yang justru berl;awanan dalam kesadaran

d. Penolakan (denial)

Penolakan adalah mekanisme pertahanan ego yang paling primitif. Caranya ialah dengan menganggap tidak ada hal-hal yang sesungguhnya ada.

e. Sublimasi

Sublimasi adalah deseksualisasi impuls-impuls seksual dari id. Libido disalurkan ke dalam tingkah laku artistic, keterampilan-keterampilan teknis dsb.

3 Psikologi kelompok menurut freud

Teori freud sebenarnya lebih dekat kepada antropologi social dari pada psikologi social. Beberapa prinsip yang berlaku edalam fungsi kelompok menurut freud;

a. Fungsi masyarakat adalah untuk menghambat dan mereres impuls-impuls naliriah perorangan.

b. Keluarga adalah aparat dasar dari masyarakat.

c. Ego bertugas sebagai perantara antara batas-batas social dan insting.

d. Manusia dan lingkungan sosialnya selalu berda dalam konflik yang tiada henti.

e. Kelompok-kelompok dan masyarakat terbentuk sebagai kelanjutan keterikatan libido anak pada orang tuanya.

f. Keadilan social timbul dara persaan saling membutuhkan dan saling memenuhi antar anggota masyarakat.

g. Pranata-pranata sosial.

h. Pembentukan masyarakat tidak disebabkan oleh adanya satu atau dua objek yang punya kekuasaan yang luar biasa, disebabkan oleh sublimisasi dan deseksulisasi libido kedorongan persahabatan.

2.2.4 Teori Psikoanalisis tentang Sikap Sosial

Teori ini diajukan oleh Sarnoff, materi teori ini menyangkut sikap (attitude) yang diterangkan berdasarkan mekanisme pertahanan ego. Menurut Sarnoff dalam Sarwono (1984:173) diantara berbagai sikap yang ditunjukan oleh manusia, ada yang fungsinya mempertahankan ego dari ancaman bahaya, baik yang dating dari luat maupun dari dalam diri sendiri.

Terdapat konsep-konsep dasar yang dipaparkan oleh Sarnoff dalam Sarwono (1984:173) antara lain:

a. Motif

Adalah suatu rangsang yang menimbulkan ketegangan (tension), dan ketegangan itu mendorong orang yang bersangkutan untuk meredakannya.

b. Konflik

Jika ada dua motif yang bekerja pada satu saat yang sama maka akan timbullah konflik. Batasan ini didasarkan pada pra anggapan yang dikemukakan Sarnoff bahwa setiap individu hanya dapat melayani (meredakan) satu motif pada satu saat, jika konflik ini tidak dipecahkan maka konflik tersebut bisa berlarut-larut dan individu yang bersangkutan bisa jadi korban motif-motifnya sendiri yang saling bertentangan.

c. Pertahanan Ego (ego defense)

Jika individu menghadapi rangsang atau situasi yang berbahaya maka ego akan terancam. Ancaman bahaya ini akan menimbulkan motif takut pada inidividu yang bersangkutan. Kalau motif takut sudah tidak dapat ditolerir lebih lanjut dan orang yang bersangkutan tidak dapat melepaskan diri dari objek yang ditakuti itu maka ia akan mempertahankan egonya. Respon mempertahankan atau melindungo ego ini disebut pertahanan ego.

d. Sikap (attitude)

Sikap berfungsi untuk mengurangi ketegangan yang dihasilkan oleh motif-motif tertentu. fungsi sikap ini dapat dilakukan dalam kesadaran yang penuh dan bisa pula berupa bagian dari suatu proses yang tidak disadari.

2.3 Penerapan Teknologi Pendidikan yang Berlandaskan Teori Psikologi Sosial

Teknologi pembelajaran (instructional technology) merupakan suatu bidang kajian khusus (spesialisasi) ilmu pendidikan dengan obyek formal ”belajar”pada manusia secara pribadi atau yang tergabung dalam suatu organisasi. Belajar tidak hanya berlangsung dalam lingkup persekolahan (lembaga pendidikan) ataupun pelatihan, melainkan juga pada organisasi misalnya keluarga, masyarakat, dunia usaha, bahkan pemerintahan. Belajar tidak hanya dilakukan oleh dan untuk individu, melainkan oleh dan untuk kelompok, bahkan oleh organisasi secara keseluruhan. Belajar itu ada di mana saja, kapan saja dan pada siapa saja, mengenai apa saja, dengan cara dan sumber apa saja yang sesuai dengan kondisi dan keperluan atau kebutuhan (Miarso, 2004:193-194). Oleh karena itu teknologi pembelajaran berupaya untuk memacu (merangsang) dan memicu (menumbuhkan) belajar. Maksudnya menekankan pada hasil belajar dan menjelaskan bahwa belajar adalah tujuannya dan pembelajaran adalah sarana untuk mencapai tujuan tersebut.

Bidang kajian belajar dan pembelajaran ini pada awalnya digarap dengan mensintesiskan berbagai teori dan konsep dari berbagai disiplin ilmu lain ke dalam suatu usaha terpadu, atau disebut dengan pendekatan isomeristik, yaitu menggabungkan berbagai pemikiran atau disiplin keilmuan yang berkaitan dalam satu kesatuan yang lebih bermakna (Miarso, 2004: 62, 199). Menurut Donald P. Ely (1983) teknologi pembelajaran meramu sejumlah disiplin dasar dan bidang terapannya menjadi suatu prinsip, prosedur, dan keterampilan. Disiplin ilmu yang memberi kontribusi terhadap teknologi pembelajaran adalah: 1) basic contributing discipline, yaitu: komunikasi, psikologi, evaluasi dan manajemen; 2) related contributing fields, yaitu: psikologi persepsi, psikologi kognisi, psikologi sosial, media, sistem, dan penilaian kebutuhan (Miarso, 2004: 200). Selain itu juga memadukan berbagai macam pendekatan dari bidang psikologi, komunikasi, manajemen, rekayasa, dan lain-lain secara bersistem (Miarso, 2004: 557).

Mengingat teknologi pembelajaran adalah suatu bidang inovasi dalam bidang pendidikan. Inovasi merupakan salah satu bentuk perubahan yang dikehendaki atau ke arah perbaikan dalam sistem pendidikan. Inovasi dapat berupa gagasan, benda, atau teknologi yang dipandang baru oleh individu atau organisasi. Adanya inovasi merupakan syarat terjadinya proses difusi. Difusi merupakan proses penyebaran atau mengkomunikasikan suatu inovasi sehingga dapat diadopsi dan digunakan oleh warga masyarakat. Langkah-langkah difusi inovasi melalui tahap pengetahuan, persuasi (bujukan), keputusan, implementasi, dan konfirmasi. Sedangkan proses adopsi inovasi melalui tahap kesadaran, minat, penilaian, percobaan dan adopsi. Dalam proses adopsi inovasi menuntut adanya konsekuensi berupa perubahan pada individu atau sistem sosial sebagai akibat dari mengadopsi atau menolak suatu inovasi. Institusionalisasi inovasi (pelembagaan) terjadi bila inovasi telah menjadi bagian integral dalam suatu organisasi atau sistem sosial masyarakat. Dalam teknologi pembelajaran, teori difusi inovasi dapat diaplikasikan dalam pemanfatan teknologi khususnya Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) seperti pembelajaran berbantuan komputer (CAI), e-dukasi.net, siaran televisi edukasi (TVE), dan sebagainya.

3. KESIMPUAN

Dari permasalahan yang dibahas, dapat disimpulkan bahwa :

1. Definisi psikologi sosial, dari berbagai pendapat tokoh-tokoh tentang pengertian psikologi sosial dapat disimpulkan bahwa psikologi sosial adalah suatu studi ilmiah tentang pengalaman dan tingkah laku individu-individu dalam hubungannya dengan situasi sosial.

2. Teori-teori dalam psikologi sosial ad 4 orientasi dimana teori-teori itu dikelompokan yaitu : Orientasi Faktor Penguat, Orientasi Teori Lapangan, Orientasi Kesadaran, Orienetasi Psikoanalisa

3. Penerapan Teknologi Pendidikan yang Berlandaskan Teori Psikologi Sosial, mengingat teknologi pembelajaran adalah suatu bidang inovasi dalam bidang pendidikan. Inovasi merupakan salah satu bentuk perubahan yang dikehendaki atau ke arah perbaikan dalam sistem pendidikan. Inovasi dapat berupa gagasan, benda, atau teknologi yang dipandang baru oleh individu atau organisasi. Adanya inovasi merupakan syarat terjadinya proses difusi. Difusi merupakan proses penyebaran atau mengkomunikasikan suatu inovasi sehingga dapat diadopsi dan digunakan oleh warga masyarakat. Langkah-langkah difusi inovasi melalui tahap pengetahuan, persuasi (bujukan), keputusan, implementasi, dan konfirmasi. Sedangkan proses adopsi inovasi melalui tahap kesadaran, minat, penilaian, percobaan dan adopsi


DAFTAR PUSTAKA

http://Psikologi_Sosial. Diakses 15 Oktober 2010

Miarso, Yusufhadi. 2004. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Pidarta, Made. 2007. Landasan Kependidikan (STIMULUS ILMU PENDIDIKAN BERCORAK INDONESIA). Jakarta: Rineka Cipta.

Sinolungan, A.E. 1997. Perkembangan Peserta Didik (PSIKOLOGI PERKEMBANGAN). Jakarta: PT Toko Gunung Agung

Soemanto,Wasty. 2006. Psikologi Pendidikan (Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan). Jakarta: PT Asdi Mahasatya.

Suryanto. 2008. Memahami Psikologi Massa dan Penanganannya. http://suryanto.blog.unair.ac.id. Di akses 15 Oktober 2010.

Tirtaraharja, Umar. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.

Viklund, Andreas. 2005. Psikologi sosial (Kohesivitas). [Online] Tersedia: http://www. Andreas Viklund WordPress.com. di akses 15 Oktober 2010

No comments: