Pages

Popular Posts

Tuesday, December 21, 2010

Gaya Kognitif dalam Pendidikan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kemampuan seseorang dalam memahami dan menyerap pelajaran sudah pasti berbeda-beda tingkatannya. Ada yang cepat, sedang, ada pula yang sangat lambat. Oleh karena itu, mereka seringkali harus menepuh cara berbeda untuk bisa memahami sebuah informasi atau pelajarang yang sama. Fenomena tersebut menjelaskan bahwa tidak semua orang mempunyai gaya belajar yang sama. Termasuk apabila mereka bersekolah di sekolah yang sama atau bahkan duduk di kelas yang sama.

Apapun cara yang dipilih, perbedaan gaya belajar itu menunjukkan cara tercepat dan terbaik bagi setiap individu untuk bisa menyerap sebuah informasi dari luar dirinya. Jika kita bisa memahami bagaimana perbedaan gaya belajarsetiap orang itu, mungkin akan lebih mudah bagi kita jika suatu ketika misalnya, kita harus memandu seseorang untuk mendapatkan gaya belajar yang tepat dan memberikan hasil yang maksimal bagi dirinya.[1]

Salah satu karakteristik siswa adalah gaya kognitif. Gaya kognitif merupakan cara siswa yang khas dalam belajar, baik yang berkaitan dengan cara penerimaan dan pengolahan informasi, sikap terhadap informasi, maupun kebiasaan yang berhubungan dengan lingkungan belajar.

Di sini kami akan membahas gaya kognitif dalam pembelajaran yang merupakan salah satu variabel kondisi belajar yang menjadi salah satu bahan pertimbangan dalam merancang pembelajaran. Pengetahuan tentang gaya kognitif dalam pembelajaran dibutuhkan untuk merancang atau memodifikasi meteri pembelajaran, tujuan pembelajaran, serta metode pembelajaran. Diharapkan dengan adanya interaksi dari faktor gaya kognirif , tujuan, materi, serta metode pembelajaran, hasil belajar siswa dapat dicapai semaksimal mungkin.

BAB II

PEMBAHASAN

  1. Awal Pertumbuhan Teori-Teori Belajar Psikologi Kognitif

1. Teory Belajar Gestalst

Psikologi kognitif mulai berkembang dengan lahirnya teory belajar Gestalt. Peletak dasar psikologi Gestalt adalah Mex Wertheimer (1880-1943) yang meneliti tentang pengamatan dan problem solving. Wertheimer (1945) menjadi seorang Gestaltis yang mula-mula menghubungkan pekerjaannya dengan proses belajar di kelas. Dari pengamatannya itu, ia menyesalkan penggunaan metode menghafal di sekolah dan menghendaki agar murid belajar dengan pengertian, bukan hafalan akademis.

Menurut pandangan Gestalt, semua kegiatan belajar menggunakan instinght atau pemahaman terhadap hubungan-hubungan terutama hubungan-hubungan antara bagian dan keseluruhan. Menurut psikologi Gestalt, tingkat kejelasan dan keberartian dari apa yang diamati dalam situasi belajar adalah lebih meningkatkan belajar seseorang daripada dengan hukum dan ganjaran.

2. Teory Belajar Cognitive-Field dari Lewin

Bertolak dari penemuan Gestalt Psychology, Kurn Lewin (1892-1947) mengembangkan suatu teori belajar cognitivefield dengan menaruh perhatian kepada kepribadian dan psikologi sosial. Lewin berpendapat bahwa tingkah laku merupakan hasil interaksi antar kekuatan-kekuatan, baik yang dari dalam individu seperti tujuan, kebutuhan, tekanan jiwa, maupun dari luar individu seperti tantangan dan permasalahan.

Menurur Lewin, belajar berlangsung sebagai akibat dari perubahan dalam unsur kognitif. Perubahan struktur kognitif itu adalah hasil dari dua macam kekuatan, satu dari struktur medan kognisi itu sendiri, yang lainnya dari kebutuhan dan motivasi internal individu. Lewin memberikan peranan yang lebih penting dari pada motivasi dari reward.[2]

3. Teory Belajar Cognitive Developmental dari Piaget

Dalam teorinya, Piaget memndang bahwa proses berpikir sebagai aktivitas gradual dari fungsi intelektual dari kongkret menuju abstak. Menurut Piaget, pertumbuhan kapasitas mental memberikan kemampuan-kemampuan mental baru yang sebelumnya tidak ada. Pertumbuhan intelektual adalah tidak kuantitatif, melainkan kualitatif. Apabila ahli Biologi menekankan penjelasan tentang pertumbuhan struktur yang memungkinkan individu mengalami penyesuaian diri dengan lingkungan, maka Piaget tekanan penyelidikan lain. Piaget menyelidiki masalah yang sama dari segi penyesuaian/adaptasi manusia serta meneliti perkembangan intelektual atau kognisi berdasarkan dalil bahwa struktur intelektual terbentuk di dalam individu akibat interaksinya dengan lingkungan.[3]

  1. Beberapa Definisi Gaya Pembelajaran

Setiap individu memiliki gaya pembelajaran yang berbeda. Demikian juga,para pendidik memiliki pandangan yang berbeda tentang gaya pembelajaran yang didiskusikan.
Menurut Dunn (1980), gaya pembelajaran adalah cara seseorang pelajar memproses serta mempertahankan informasi baru. Gaya pembelajaran tergantung ke fitur biologi dan perkembangan kepribadian seseorang dan ia dipengaruhi oleh lingkungan, emosi, pengaruh sosial serta perasaan individu.
Akibatnya, sesuatu pengajaran dapat efektif bagi seorang mahasiswa namun tidak efektif bagi siswa yang lain karena gaya pembelajaran mereka berbeda.
Renzulli and Smith (1978) mendefinisikan gaya pembelajaran sebagai satu bidang strategi pengajaran yang mana siswa mencoba menuntut pembelajaran. Mereka berpendapat bahwa siswa dapat belajar dengan lebih efektif jika pengajaran guru sejalan dengan gaya pembelajaran pelajar.
Dengan ini, penyesuaian dalam pengajaran perlu dilakukan untuk melayani gaya pembelajaran pelajar.


Kolb (1985) dapat menggambarkan empat model pembelajaran yang dasar hasil dari kombinasi pengalaman siswa dan kebutuhan lingkungan.
Ia berpendapat bahwa dalam proses pembelajaran, semua siswa yang efektif perlu mampu segi pengalaman beton (concrete experience), pengamatan reflektif (Reflective jenis), konseptualisasi abstrak (abstract conceptualization) dan eksperimentasi aktif (active experimentation).

Keefe (1987) berpendapat bahwa gaya pembelajaran mencakup tiga aspek, yaitu kognitif, afektif dan kejiwaan. Gaya kognitif melibatkan pememprosesan informasi, gaya afektif melibatkan reaksi yang berdasarkan motivasi sedangkan gaya kejiwaan bersifat tabiat yang berhubungan dengan unsur-unsur seks, kesehatan dan lingkungan. Ia mendefinisikan pembelajaran sebagai satu proses internal dan berpendapat bahwa pembelajaran hanya berlaku apabila ada perubahan tabiat baik secara permanen atau sementara bagi seseorang individu.

Satu tim bertugas yang dianjurkan oleh National Association of Secondary School Principals dan terdiri dari pakar teori dalam bidang gaya pembelajaran telah mendefinisikan gaya pembelajaran sebagai satu komposit faktor-faktor bersifat kognitif, afektif dan psikologi yang berfungsi sebagai petanda-petanda stabil pada cara mana seorang pelajar membuat persepsi, berinteraksi dan bereaksi dengan lingkungan pembelajarannya. Berdasarkan Tim ini, gaya pembelajaran juga mencakup gaya kognitif yaitu cara intrinsic pengolahan informasi yang mewakili modus membuat persepsi, pemikiran, pemecahan masalah dan cara mengingat kembali seseorang individu itu (Griggs, S.A., 1991).[4]

  1. Teori Belajar Kognitif

Ahli psikologi berpendapat bahwa prinsip teori tingkah laku hanya memberikan bagian dari pertanyaan tentang bagaimana kita belajar. Contoh, bagian tingkah laku yang paling baik kita ingat ialah kejadian-kejadian yang praktis dan sering kontradiksi dalam kehidupan kita sehari-hari. Mungkin kita mempunyai seorang teman yang mempunyai telepon dan setiap kita ingin menelpon, kita akan melihat nomor telepon teman kita. Walaupun kita sering memutar nomor teleponnya dan menikmati percakapan dengan dia, kita tidak belajar nomor telepon teman kita. Kita mungkin mengingat sesuatu yang lucu atau mengingat suatu percakapan yang hanya terjadi sekali dan tidak dipraktikkan.jadi, belajar tidak hanya mempraktikkan dan mendapat hadiah, tetapi lebih dari itu.

Ahli-ahli teori kognitif berpendapat bahwa belajar adalah hasil dari usaha kita untuk dapat mengerti dunia. Untuk melakukan ini, kita menggunakan semua alat mental kita. Caranya, kita berpikir tentang situasi, sama baiknya kita berpikir tentang kepercayaan, harapan, dan perasaan kita yang akan mempengaruhi bagaimana dan apa yang akan kita pelajari. Dua siswa mungkin akan ada dalam kelas yang sama, tetapi belajar dua pelajaran yang berbeda. Apa yang dipelajari setiap siswa tergantung pada apa yang diketahui dari masing-masing siswa dan bagaimana informasi baru diproses.

Tetapi, walaupun banyak perspektif belajar kognitif, hanya ada dua kategori penting, yaitu pertama information processing approach (pendekatan proses informasi) yang mempercayakan terutama komputer sebagai model untuk belajar dan untuk ingatan manusia.[5]

  1. Implikasi Teori Kognitif Dalam Pendidikan

Ada sejumlah cara untuk menggunakan model belajar kognitif dalam kelas. Petama, kita akan melihat strategi mengajar pada umumnya, terutama yang menyangkut rencana pelajaran. Kemudian, kita akan memusatkan perhatian untuk membantu siswa dalam mengingat informasi baru.

a. Strategi Mengajar

Guru-guru dapat membantu siswa untuk menaruh perhian pada pelajaran. Ini penting untuk mengidentifikasi apa yang penting, sulit, atau sesuatu yang belum dikenal, membangkitkan kembali informasi yang telah dipelajari, dan memahami metode baru dengan menghubungkan materi itu dengan informasi yang telah ada dalam ingatan jangka panjang.

1. Memusatkan Perhatian

Banyak faktor yang mempengaruhi perhatian siswa. Dalam permulaan pelajaran, guru dapat membuat kontak mata atau berbuat sesuatu yang mengejutkan siswa dengan maksud untuk menarik perhatian siswa. Siswa akan belajar lebih banyak karena guru dalam menyampaikan mata pelajaran sangat menarik dan mengasyikkan.

2. Mengidentifikasi Apa yang Penting, Sulit, dan Tidak Biasa

Siwa sering memperhatikan dan belajar keras, tetapi mereka memusatkan pada metode yang salah. Mereka mungkin menghabiskan waktu belajar mereka dengan hal-hal jyang tidak penting dan kehilangan pokok-pokok yang penting. Mereka mungkin berkonsentrasi pada materi yang telah mereka ketahui dan menghindari mengerjakan tugas-tugas yang sulit atau kurang dikenal. Beberapa siswa ada yang lebih baik dari yang lain dalam mempertimbangkan pelajaran mana yang penting setelah mereka betul-betul mengerti ide yang disampaikan guru.

3. Belajar Dapat Dipertinggi Jika Guru Membantu Siswa Mearasa Betapa Pentingnya Informasi Baru

Satu strategi untuk melakukan ini adalah membuat tujuan pelajaran sejelas mungkin. Jika siswa-siswa tahu apa yang diharapkan dari mereka untuk melakukan sesuatu dengan informasi, mereka akan lebih dapat memusatkan perhatian pada hal-hal yang penting.

Dalam penyampaian pelajaran lisan, guru dapat memperjelas persamaan dan perbedaan ide-ide yang disampaikan dan memberikan contoh yang berbeda dari konsep-konsep yang diajarkan. Jika suatu ide baru membuat siswa bingung, guru harus memberikan contoh dengan perbedaan yang ada. Bagian pelajaran yang sulit harus diberikan ekstra perhatian.

4. Membantu Siswa Mengingat Kembali Informasi Yang Telah Dipelajari Sebelumnya

Ahli-ahli teori kognitif berpendapat bahwa belajar adalah suatu integrasi atau gabungan antara informasi baru dan struktur kognitif yag ada. Sebelum integrasi dibuat, siswa harus dapat mengingat kembali informasi yang telah mereka ketahui. Belajar sebelumnya mungkin dalam bentuk konsep, definisi, dan hukum-hukum. Ketika siswa harus menguasai informasi baru, konsep, definisi, dan hukum-hukum ini sudah harus dikuasai.

Strategi untuk membantu siswa mengingat kembali pelajaran yang sudah diberikan dapat berupa meninjau kembali secara singkat pelajaran yang sudah diberikan, atau mendiskusikan kata-kata kunci dalam pelajaran kosakata.

5. Membantu Siswa Memahami Dan Menggabungkan Informasi

Mungkin satu-satunya metode terbaik untuk membantu siswa memahami pelajaran dan mengombinasikan informasi yang telah ada denga informasi baru adalah membuat pelajaran sedapat mungkin bermakna (meaningfuul). Pelajaran yang berarti itu sendiri artinya bukan suatu perubahan, dan pelajaran itu selalu berhungan dengan informasi atau konsep siswa yang telah ada. Pelajaran yang berarti disampaikan dalam perbendaharaan kata yang dapat dimengerti oleh siswa. Istilah baru dijelaskan melalui penggunaan kata dan ide-ide yang sudah dikenal. Pelajaran yang berarti umumnya teorganisasi dengan baik dan dengan jelas menghubungkan diantara unsur-unsur pelajaran yang berbeda. Akhirnya, pelajaran yang bermakna membuat wajarpenggunaan informasi-informasi yang sudah ada untuk membantu siswa mengerti informasi baru dengan memberikan contoh atau analogi.[6]

b. Strategi Untuk Membantu Siswa Mengingat

Lindsay dan Norman (987) menyampaikan tiga aturan umum untuk memperbaiki ingatan. Pertama, menghafal memerlukan usaha; ini sering tidaj mudah. Kedua, materi yang harus dihafal atau diingat seharusnya berhubungan dengan hal-hal lain. Menguraikan dengan kata-kata sendiri dan menggambarkan dalam khayalan mungkin dapat membantu. Ketiga, menghafal atau mengingat memerlukan organisasi. Materi dapat dibagi dalam kelopok atau bagian-bagian kecil dan kemudian diletakkan kembali bersama-sama dalam pola yang berarti. Siswa seharusnya juga mencari struktur dalam materi itu sendiri dan gunakan bantuan mnemonic (suatu metode untuk mengingat yang menekankan atau membentuk stuktur bagi hal-hal atau benda-benda yang perlu diingat sehingga mempermudah mengingat kembali) jika diperlukan.

Diantara beberapa sistem mnemonic yang berguna adalah Peg-Type Mnemonic, Chain-Type Method, The Keyword Method, dan Chunkin.

1. Peg-Type Mnemonic

Metode Peg-Type mengharuskan kita mengingat daftar tempat atau kata-kata yang sudah terstandar. Kemudian kapan saja kita belajar suatu daftar item-item, kita dapat menggabungkan dengan informasi-informasi item-item ini dengan peg yang telah ada dalam ingtan anda.

Jika kita tahu kata-kata peg, daftar item mbaru yang dipelajari dapat dihubungkan dengan kata-kata ini melalui suatu kesan atau bayangan. Contoh, jika kita harus berhenti di kantor bank, kantor pos, dan toko makanan dalam perjalanan pulang dari sekolah ke rumah. Kita membayangkan dapat melihat uang yang diisiukan ke dalam sepasang sepatu (shoes). Kemudian, kita memimpikan surat-surat tergantung seperti daun di pohon (tree). Akhirnya, kita mungkin membayangkan menabrak pintu (door) dengan kereta belanja.

2. Chain-Type Method

Chain-type mnemonic berhubungan dengan item pertama untuk diingat dengan yang kedua, yang kedua dengan ketiga, yang ketiga dengan yang keempat, dan seterusnya. Contoh, dengan sistem mata rantai (linking system), setiap item pada satu daftar mata rantai pada item berikutnya melalui beberapa hubungan visual. Jika kita berhenti di kantor bank, kantor pos, dan toko makanan, kita mungkin membayangkan uang yang dimasukkan dalam surat. Kemudian, kita membayangkan surat-surat dimasukkan dalam dompet. Dalam setiap kasus, satu visual mengantarkan kita untuk proses berikutnya.

3. The Keyword Method (metode kata penting atau kata kunci)

Pendekatan ini mempunyai dua tahap. Pertama, kita harus mengidentifikasi kata bahasa Indonesia yang paling disukai sebagai kata benda yang kongkret. Selanjutnya, kita hubungkan arti dalam bahasa inggris (atau bahasa asing lainnya) dengan kata-kata bahasa Indonesia yang dipilih melalui kesan atau kalimat. Contoh, kata bahasa inggris, cart (artinya kereta), suaranya seperti bahasa Indonesia kata karat. Karat menjadi kata kunci dan kita bayangkan “kereta kuno itu dibersihkan karena ada bagian yang sudah berkarat”.

Pada umumnya, tekhnik-tekhnik yang menggunakan kesan atau bayangan lebih tepat untuk siswa-siswa SD dan SMP, karena mereka masih mempunyai kesulitan membentuk kesan atau bayangannya sendiri.

4. Chunking

Mnemonic terakhir adalah chunking. Jika kita memang mengingat 6 digit 3, 5, 4, 8, 7, dan 0 kita akan mengalami kesulitan. Tetapi hal itu bisa dipermudah dengan meletakkan dua atau tiga digit ke dalam dua atau tiga chunk. Misalnya menjadi 35, 48, 70, atau 354, 870. Dengan cara ini 2 atau 3 informasi akan kita ingat dalam waktu pendek.[7]

KESIMPULAN

Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa, Psikologi kognitif mulai berkembang dengan lahirnya teory belajar Gestalt. Menurut pandangan Gestalt, semua kegiatan belajar menggunakan instinght atau pemahaman terhadap hubungan-hubungan terutama hubungan-hubungan antara bagian dan keseluruhan

Teori-teori belajar kognitif mulai berkembang dari teori belajar Gestalt, teori belajar Cognitive-Field dari Lewin, dan teori belajar Cognitive Developmental dari Piaget. Tetapi, walaupun banyak perspektif belajar kognitif, hanya ada dua kategori penting, yaitu pertama information processing approach (pendekatan proses informasi) yang mempercayakan terutama komputer sebagai model untuk belajar dan untuk ingatan manusia.

Ada sejumlah strategi untuk menggunakan model belajar kognitif dalam kelas. Yang pertama memusatkan perhatian pada siswa, mengidentifikasi apa yang lebih penting, sulit, dan tidak biasa, belajar dapat dipertinggi jika guru membantu siswa merasa betapa pentingnya informasi baru, membantu siswa mengingat kembali informasi yang telah dipelajari sebelumnya, membantu siswa memahami dan menggabungkan informasi.

Diantara beberapa sistem mnemonci (suatu metode untuk mengingat yang menekankan atau membentuk stuktur bagi hal-hal atau benda-benda yang perlu diingat sehingga mempermudah mengingat kembali) yang berguna adalah Peg-Type Mnemonic, Chain-Type Method, The Keyword Method, dan Chunkin.

DAFTAR ISI

B. Uno, Hamzah, Dr. 2006. Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara

Soemanto, Wasty, M.Pd. 2003. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipata

Wuryani, Esti. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Grasindo

http://apps.emoe.gov.my/ipba/rdipba/cd1/article97.pdf (12 Mei 2010)



[1] B. Uno, Hamzah, Dr. Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran. 2006. hal: 180

[2] Soemanto, Wasty, M.Pd. Psikologi Pendidikan. Hal: 128-129

[3] Soemanto, Wasty, M.Pd. Psikologi Pendidikan. Hal: 130

[5] Wuryani, Esti. Psikologi Pendidikan. 2006. hal: 148-150

[6] Wuryani, Esti. Psikologi Pendidikan. 2006. hal: 158-162

[7] Wuryani, Esti. Psikologi Pendidikan. 2006. hal: 164-167

No comments: