Pages

Popular Posts

Saturday, December 25, 2010

IDENTIFIKASI MASALAH

Penelitian Tugas Akhir Itu Mudah (2): Identifikasi Masalah

by Romi Satria Wahono

expertsystem.jpgSeperti saya singgung di tulisan bagian pertama, identifikasi masalah adalah salah satu proses penelitan yang boleh dikatakan paling penting diantara proses lain. Masalah penelitian akan menentukan kualitas dari penelitian, bahkan juga menentukan apakah sebuah kegiatan bisa disebut penelitian atau tidak. Masalah penelitian secara umum bisa kita temukan lewat studi literatur atau lewat pengamatan lapangan (observasi, survey, dsb). Skripsi untuk level S1 seharusnya didesain untuk memecahkan masalah yang lebih riil dan sifatnya applied. Mahasiswa cukup fokus ke masalah yang ada di sekitarnya. Kalau jurusan kita di computing, kita lakukan saja observasi di lingkungan kita. Misalnya universitas, dosen, dan mahasiswa itu punya masalah apa yang kira-kira bisa kita pecahkan dengan teknologi informasi dan aplikasinya. Intinya kita harus kejar terus masalah penelitian ini, dan jangan lupa bahwa masalah yang kita identifikasi tersebut benar-benar menjadi masalah yang harus dipecahkan, bukan masalah yang kita ada-adakan. Masih agak bingung? Ok saya coba jelaskan secara detail dan pelan-pelan bagaimana proses identifikasi masalah ini.

Masalah penelitian bisa didefinisikan sebagai pernyataan yang mempermasalahkan suatu variabel atau hubungan antara variabel pada suatu fenomena. Sedangkan variabel itu sendiri dapat didefinisikan sebagai pembeda antara sesuatu dengan yang lain. Ketika kita mengambil topik penelitian untuk membedakan raut muka mahasiswa yang lagi bokek dan mahasiswa yang lagi banyak uang, kita punya variabel “raut muka” dan variabel “keadaan keuangan”. Nah kita ingin tahu hubungan dua variabel ini, jadilah itu sebuah masalah penelitian ;)

Lha terus sumber masalahnya dari mana datangnya? Sumber masalah penelitian bisa muncul dari tiga hal (Ranjit Kumar, 1996):

  1. Masalah Yang Ada di Manusianya Sendiri (People and Problem)
    Kita harus hati-hati supaya tidak terjebak ke masalah di sekitar manusia yang bukan penelitian. Tapi juga jangan “saklek”, karena masalah manusia yang tadinya bukan masalah penelitian bisa kita “goyang sedikit” menjadi masalah penelitian. Contoh, mahasiswa punya masalah pokok yaitu “kekurangan uang”. Ini bisa kita “konversi” menjadi masalah penelitian misalnya menjadi:
    - Mendeteksi raut muka mahasiswa bokek dengan face recognition system
    - Model bisnis di Internet dengan modal kecil untuk mahasiswa

  2. Masalah di Cara, Teknik dan Struktur Kerja (Program)
    Teknik dan struktur kerja yang bermasalah tentu juga bisa menjadi masalah penelitian. Contoh, dosen-dosen saking sibuknya ternyata kesulitan menemukan satu waktu yang pas untuk meeting bulanan di universitas. Nah ini jadi masalah penelitian, approachnya nanti kita bisa kembangkan satu aplikasi scheduling dengan sedikit sistem pakar didalamnya yang secara otomatis memberikan beberapa alternatif waktu meeting yang pas untuk semua. Masalah lain misalnya, sistem informasi manajemen di universitas kita ada masalah. Nggak bisa online bekerjanya dan nggak sesuai dengan business process sebenarnya yang dilakukan oleh para staff dalam mengelola administrasi sekolah. Nah software dan sistem ini kita perbaiki supaya sesuai dengan yang dibutuhkan. Sistem parkir di Mal yang tidak bisa mendeteksi mana area parkir yang kosong, bisa jadi masalah penelitian yang menarik juga.

  3. Fenomena yang Terjadi (Phenomenon)
    Fenomena yang ada di sekitar kita juga bisa menjadi masalah penelitian yang menarik. Contoh, fenomena bahwa situs portal yang dikembangkan di perusahaan-perusahaan ternyata sepi pengunjung. Nah ini adalah sebuah fenomena, untuk meningkatkan traffic, misalnya bisa dengan memainkan bebrapa teknik supaya search engine mau menengok situs kita, ini sering disebut dengan Search Engine Optimization. Nah dari sini kita sudah dapat judul: “Mengembangkan situs portal traffic tinggi dengan teknik Search Engine Optimization (SEO)”. Fenomena lain lagi, proses pendeteksian golongan darah untuk skala besar (massal) misalnya untuk seluruh mahasiswa universitas yang mencapai 5000 orang ternyata memakan waktu yang sangat lama. Ini sebuah fenomena, kita beri solusi dengan software sistem yang menggunakan beberapa teknik artificial intelligence yang memungkinkan pendeteksian golongan darah ini. Sehingga 5000 orang bisa kita proses dalam beberapa jam misalnya.

Supaya masalah penelitian yang kita pilih benar-benar tepat, biasanya masalah perlu dievaluasi. Evaluasi masalah penelitian biasanya berdasarkan beberapa parameter dibawah (Ronny Kountur, 2007) (Moh. Nazir, 2003):

  1. Menarik. Masalah yang menarik membuat kita termotivasi untuk melakukan penelitian dengan serius.
  2. Bermanfaat. Penelitian harus membawa manfaat baik untuk ilmu pengetahuan maupun peningkatan kesejahteraan dan kualitas kehidupan manusia. Penelitian juga diharapakan membawa manfaat bagi masyarakat dalam skala besar (secara nasional maupun internasional), maupun secara khusus di komunitas kita (kampus, sekolah, kelurahan, dsb). Hindari penelitian yang tidak membawa manfaat kepada masyarakat.
  3. Hal Yang Baru. Ini hal yang cukup penting dalam penelitian, bahwa penelitian yang kita lakukan adalah hal baru, solusi yang kita berikan adalah solusi baru yang apabila kita komparasi dengan solusi lain, bisa dikatakan lebih efektif, murah, cepat, dsb. Bisa juga kebaruan ini diwujudkan dengan perbaikan dari sistem dan mekanisme kerja yang sudah ada. Hindari redundant research, meneliti hal yang sama persis dengan yang dilakukan oleh orang lain. Ya ini namanya nyontek alias plagiasi skripsi.
  4. Dapat Diuji (Diukur). Ini biasanya hal yang terlupakan, supaya proses penelitian kita sempurna, masalah penelitian beserta variabel-variablenya harus merupakan sesuatu yang bisa diuji dan diukur secara empiris. Kalau kita melakukan penelitian korelasi, nah korelasi antara beberapa variabel yang kita teliti juga harus diuji secara ilmiah dengan beberapa parameter.
  5. Dapat Dilaksanakan. Nah ini juga faktor penting. Masalah yang bagus berkualitas, jadi lucu dan naif kalau akhirnya secara teknik penelitian tidak bisa dilakukan. Dapat dilakukan ini berkaitan erat dengan keahlian, ketersediaan data, kecukupan waktu dan dana. Hindari research impossible ;)
  6. Merupakan Masalah Yang Penting. Ini agak sulit mengukurnya, tapi paling tidak ada gambaran di kita bahwa jangan sampai melakukan penelitian terhadap suatu masalah yang tidak penting.
  7. Tidak Melanggar Etika. Yang terakhir adalah masalah etika. Penelitian harus dilakukan dengan kejujuran metodologi, prosedur harus dijelaskan kepada obyek penelitian, tidak melanggar privacy, publikasi harus dengan persetujuan obyek penelitian, tidak boleh melakukan penipuan dalam pengambilan data maupun pengolahan data.

Bagaimana, sudah ada bayangan kira-kira masalah apa yang akan diteliti? Kalau sudah ok dan mantab dengan masalah penelitian, kita lanjutkan ke seri artikel berikutnya. Intinya konsep seri tulisan tentang penelitian ini memberi opini bahwa penelitian dan tugas akhir itu hal yang mudah, tidak bikin takut, apalagi bikin stress, kita tinggal jalankan saja sesuai dengan tahapan penelitian. Nikmati permasalahan yang muncul, tekuni solusi dan eksperimen yang kita rencanakan, dan jreng jreng jreng …. Insya Allah tugas akhir kita akan selesai sesuai dengan waktu yang ditetapkan, tanpa nyontek, tanpa membeli dari penjual skripsi dan tanpa kutukan dosa dari yang Diatas :)

REFERENSI

  1. Ronny Kountur, Metode Penelitan, Penerbit PPM, 2007
  2. Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kencana Prenada Media Group, 2005
  3. Ranjit Kumar, Research Methodology: A Step-by-Step Guide for Beginners, Melbourne: Addison Wesley Longman, 1996
  4. Moh. Nazir, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Agustus 2003
  5. Sulistyo-Basuki, Metode Penelitian, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, April 2006

ttd-small.jpg

LITERATUR PENELITIAN

Literatur Penelitian dan Jurnal Ilmiah Gratis

by Romi Satria Wahono

“Mas, mau nanya situs-situs yang bagus untuk cari jurnal penelitian apa ya?” (Winky)

Pertanyaan menarik dari mas Winky, yang mungkin juga menjadi pertanyaan bagi sebagian rekan-rekan yang bergerak di dunia penelitian, baik mahasiswa yang lagi nyusun skripsi/thesis/disertasi, juga bagi dosen ataupun peneliti yang ada di lembaga penelitian. Studi literatur dalam proses penelitian adalah wajib hukumnya, karena dari sana penelitian mulai bergerak. Nah, literatur ilmiah yang akan menjadi referensi ini sebaiknya apa dan dimana dapatnya? Yuk kita bahas.

Perlu dicatat bahwa dalam penelitian ilmiah, referensi utama yang paling sahih adalah jurnal ilmiah (scientific journal), baru setelah itu bisa proceedings conference, scientific report, buku dan terbitan lain. Ketinggian derajat sebuah jurnal ilmiah biasanya ditentukan oleh suatu nilai yang disebut dengan impact factor. Impact factor ditentukan dari jumlah rujukan (citation) ke paper-paper di jurnal ilmiah tersebut. Di beberapa bidang ilmu, jurnal-jurnal yang sangat tinggi impact factornya biasanya diterbitkan oleh asosiasi ilmiah yang berumur tua dan disegani. Misalnya di bidang elektronika, komunikasi dan komputer, jurnal dan transaction terbitan IEEE dan ACM-lah yang memiliki impact factor tinggi. Selain itu ada juga jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh penerbit seperti Elsevier, Kluwer Academic, dsb. Paper yang ada di jurnal ilmiah terkadang dari paper submission langsung (pengiriman makalah) atau sering juga dari selected paper (makalah pilihan) dari sebuah International Conference.

Jurnal ilmiah di Indonesia jujur saja agak chaos dan terlihat semrawut. Tidak banyak asosiasi ilmiah yang benar-benar mendukung “kegiatan ilmiah” dan menerbitkan jurnal yang besar dan disegani. Setiap universitas menerbitkan jurnal ilmiah sendiri, bahkan banyak jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh jurusan atau fakultas. Akhirnya jurnal ilmiah tumbuh seperti jamur, muncul ribuan dalam waktu cepat dan banyak yang tenggelam dalam waktu yang singkat juga. Alasannya kenapa? Mungkin karena kita jago kandang alias tidak pede, tidak ada biaya, atau karena tidak ada tema penelitian unggulan. Alasan yang paling tidak menarik adalah karena pingin paper cepat terbit untuk ngurus kum (kredit), sehinga bisa cepat jadi professor atau APU :) Sebagai catatan memang proses review di jurnal internasional memakan waktu. Dari submission sampai published bisa 1 tahun atau bahkan lebih. Proses revisi juga bisa berkali-kali tergantung galaknya reviewer :(

Fakta menarik, laporan dari Thomson Scientific (Amerika) mengatakan bahwa jumlah paper ilmiah yang di publikasikan selama tahun 2004 oleh peneliti di Indonesia (yang berafiliasi ke lembaga penelitian atau universitas di Indonesia) berjumlah 522 paper ilmiah. Jumlah ini hanya sepertiga dari paper ilmiah yang hasilkan oleh Malaysia (1438 paper). Di level ASEAN, Indonesia menduduki peringkat keempat setelah Singapore (5781 paper), Thailand (2397 paper) dan Malaysia. Yang dekat dengan Indonesia adalah Vietnam (453 paper). Mudah-mudahan kita para peneliti dan dosen di Indonesia tetap dalam perdjoeangan untuk mengejar tetangga-tetangga kita yang larinya sudah semakin cepat :)

Kembali ke pertanyaan mas Winky, cari literatur dan jurnal ilmiah untuk penelitian dimana? Saya coba susunkan baik yang berbayar maupun gratis (bebas diakses).

BERBAYAR

  1. IEEE Computer Society Digital Library (student member $61/tahun)
  2. ACM Digital Library (student member $42/tahun)
  3. Elsevier.Com (banyak universitas di Indonesia yg melanggan)
  4. EBSCO (banyak universitas di Indonesia yg melanggan)
  5. Science Direct (banyak universitas di Indonesia yg melanggan)
  6. Proquest (banyak universitas di Indonesia yg melanggan)

GRATIS

  1. Citeseer (ribuan paper jurnal bidang computer science)
  2. Directory of Open Access Journal
  3. PubMed Central (free digital archive of biomedical and life sciences)
  4. Google Scholar (citation index, abstak dam fulltext)
  5. Mirror Scientific Data di LIPI (mirror di LIPI untuk jurnal ilmiah internasional)
  6. DBLP Bibliography
  7. Libra Academic Search
  8. JSTOR Scholarly Journal Archieve
  9. Biomed Central (the Open Access Publisher)
  10. Highwire Press Stanford University
  11. UC Berkeley on iTunes U (Materi kuliah gratis dari UC Berkeley)
  12. MIT Opencourseware (Materi kuliah gratis dari MIT)
  13. Patent Searching (Pencarian Dokumen Paten)
  14. Ilmukomputer.Com (mulai banyak paper ilmiah yang diupload)

Mudah-mudahan bermanfaat dan membuat semarak dunia penelitian kita. Kalau masih ada yang terlewat, mohon ditambahkan lewat kolom komentar. Terima kasih.

ttd-small.jpg

OTAK AJAIB MANUSIA

Defragmentasi Otak

by Romi Satria Wahono

neuronMas, saya mahasiswa jurusan teknik informatika semester 4, saya kok merasa otak saya bebal banget, nggak bisa nangkep mata kuliah dengan sempurna. Gimana caranya supaya saya bisa cerdas dan pinter? (Ahmad, Depok)

Hmm, supaya pinter ya belajar mas hehehe. Kalau dosen jawab seperti itu pasti disebut basbang alias basi banget :) Diskusi masalah kecerdasan manusia, tentu tidak bisa tanpa menyinggung masalah otak manusia, karena disini awal segala kisruhnya. Kapasitas otak manusia sangat besar, bahkan ada yang menyebut tidak terbatas. Hanya sayangnya orang biasanya hanya menggunakan 1% dari otaknya, sedangkan orang jenius berhasil menggunakan 4-5% otaknya. Lha kok bisa? Dan bagaimana supaya kita juga bisa jadi cerdas? Ikuti terus tulisan ini.

Otak manusia tersusun dari neuron-neuron yang jumlah totalnya mencapai 1 trilyun. Walaupun kecil, konon kabarnya satu neuron itu memiliki kecepatan pemrosesan yang setara dengan satu unit komputer. Adam Kho lewat bukunya “I am Gifted, So Are You” mengatakan bahwa otak itu apabila dituliskan dalam bentuk digital akan menjadi tulisan sepanjang 10.5 juta kilometer. Ketika jarak terjauh bumi dan bulan itu sekitar 406.720 km, maka kapasitas otak kita setara dengan 25 kali perjalanan dari bumi ke bulan. Tambahan informasi lagi, dari buku Super Great Memori dikatakan bahwa, jika setiap detik dimasukkan 10 informasi kedalam otak kita sampai 100 tahun, maka otak manusia masih belum terisi separuhnya. Ada beberapa peneliti yang mencoba mengkuantifikasi kapasitas otak, ada yang menyebut 3 terabyte, dan ada juga yang menyebut mencapai 1000 terabyte.

Sedemikian dahsyatnya kapasitas otak kita, tapi sayangnya kita hanya menggunakan kurang dari 1%nya. Dan orang jenius seperti Albert Einstein, konon kabarnya juga hanya menggunakan 5% dari seluruh kapasitas otaknya.

Artinya apa? Manusia memiliki kapasitas otak yang sama, yang implikasinya adalah sebenarnya kita semua memiliki daya tangkap terhadap suatu materi pembelajaran sama. Dan tidak ada manusia bodoh di muka bumi ini!

Lha kok, tapi di kelas ada yang cerdas dan ada yang tidak? Itu karena sistem retrieval (pencarian kembali) manusia berbeda-beda. Orang yang cerdas itu adalah orang yang memiliki sistem retrieval yang baik. Seperti sebelumnya saya sebutkan diatas, kapasitas otak manusia mungkin mencapai 1000 terabyte, bayangkan seandainya laptop kita berkapasitas 1000 terabyte, pasti lambat melakukan pencarian file, apalagi kalau letak fisik filenya tidak tertata dengan baik alias terpecah-pecah di berbagai tempat dalam harddisk kita.

Trus gimana caranya supaya sistem retrievalnya bagus? Ada banyak cara komputasi yang bisa dilakukan, paling tidak untuk mengatasi informasi yang tidak tertata dengan baik, kita menggunakan tool defragmenter. Defragmentasi? ya, lakukan defragmentasi pada otakmu!

Sebagai catatan, kata wikipedia, defragmentasi adalah sebuah proses untuk menangani berkas-berkas yang mengalami fragmentasi internal. Sebuah berkas dikatakan terfragmentasi mana kala berkas tersebut tidak menempati ruangan yang saling berdekatan dalam penyimpanan fisik. Fragmentasi dapat menyebabkan subsistem media penyimpanan melakukan operasi pencarian data yang lebih banyak, sehingga dengan kata lain berkas terfragmentasi dapat memperlambat kerja sistem, khususnya pada saat melakukan operasi yang berkaitan dengan media penyimpanan.

Jadi ketika kita menerima materi pelajaran, sebenarnya kita semua berhasil menangkap semua yang diajarkan oleh guru atau dosen kita. Namun ada yang kita simpan di bumi dan ada yang terlempar di bulan, inilah yang disebut dengan fragmentasi itu.

Trus gimana caranya supaya kita bisa mendefragmentasi otak kita? Caranya adalah dengan mengulang-ulangi pelajaran. Mengulang-ulang pelajaran, itu sama saja dengan menarik materi yang terlempar di bulan tadi supaya mendekat ke bumi, sehingga lebih cepat ketika kita mencari kembali. Dan ini sesuai dengan yang dikatakan Adam Kho, bahwa orang yang cerdas adalah orang yang neuron-neuronnya saling tersambung (neuron-connection). Semakin banyak hubungan antarneuron, maka semakin cerdas kita dalam suatu bidang. Kecerdasan itu bisa kita latih!

Sayapun tidak terlahir secara default sebagai orang cerdas, masa TK-SD saya pernah mengalami kendala sulit membedakan huruf b dan d. Sampai ada satu ungkapan guru saya yang masih saya ingat sampai sekarang, “Rom, b itu yang bokong(pantat)nya dibelakang, dan d itu yang bokongnya di depan“. Ada juga guru yang menyebut saya terkena disleksia kompleks, plus ditambahi dengan anak yang suram masa depannya hehehe sempurna deh :)

Jadi? Kalau saya yang disleksia kompleks saja bisa, kenapa anda tidak? :)

Wahai pedjoeangku, ulang-ulangi pelajaran, banyak mencoba, banyak membaca, banyak berlatih, telani satu persatu hal yang belum kamu pahami, hubungkan neuron-neuronmu, maka kecerdasan akan mengikutimu …

Tetap dalam perdjoeangan!

ttd-small.jpg

Wednesday, December 22, 2010

LANDASAN TEORI PSIKOLOGI (PSIKOLOGI SOSIAL)

PROGRAM PASCASARJANA

TEKNOLOGI PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2010

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan selalu melibatkan aspek kejiwaan manusia, sehingga landasan psikologis merupakan salah satu landasan yang penting dalam bidang pendidikan. Psikologi atau ilmu jiwa adalah ilmu yang mempelajari jiwa manusia. Jiwa itu sendiri adalah roh dalam keadaan mengendalikan jasmani yang dapat dipengaruhi oleh alam sekitar. Karena itu jiwa atau psikis dapat dikatakan inti dan kendali kehidupan manusia, yang berada dan melekat dalam manusia itu sendiri (Pidarta, 2007: 194). Pemahaman peserta didik dalam kaitan dengan aspek kejiwaan merupakan salah satu kunci keberhasilan pendidikan. Oleh karena itu, hasil kajian dan penemuan psikologis sangat diperlukan penerapannya dalam bidang pendidikan. Adapun aspek landasan

Psikologis meliputi psikologi perkembangan, psikologi belajar, psikologi sosial dll.Dalam makalah ini akan dibahas mengenain psikologi sosial. Psikologi mempelajari perilaku manusia dari segi-segi proses individual dan kurang menaruh perhatian pada kehadiran orang lain, sedangkan psikolog sosial mempelajari prilaku manusia sebagai anggota dari suatu kelompok. Di dalam psikologi sosial, peranan kelompok mendapat perhatian yang besar. Salah satu kebutuhan manusia adalah memelihara hubungan sosial dengan sesama dalam masyarakat karena setiap orang membutuhkan orang lain. Kemampuan sosial tumbuh dan berkembang, sejak masa bayi. Lingkungan masyarakat dan kebudayaan mewarnai proses perkembangan sosial yang mendukung penyesuaian dirinya ke dalam masyarakat (sosialisasi). Sosialisasi menumbuhkan kemampuan seseorang membina berbagai hubungan dengan sesamanya. Sehingga diharapkan perkembangan sosial yang positif dan sehat pada peserta didik. Untuk itu pendidik dalam melaksanakan tugasnya perlu memahami pola hubungan dan perkembangan sosial peserta didiknya.

1.2 Permasalahan

` Adapun permasalahan yang akan dikaji dalam makalah ini adalah :

1. Apakah Definisi dari Psikologi Sosial?

2. Apakah Teori dalam Psikologi Sosial (Orientasi Faktor Penguat dan Orientasi Psikolanalisis)?

3. Penerapan Teknologi Pendidikan yang Berlandaskan Teori Psikologi Sosial

1.3 Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dalam makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui Definisi dari Psikologi Sosial

2. Untuk mengetahui Teori dalam Psikologi Sosial (Orientasi Faktor Penguat dan Orientasi Psikoanalisis)

3. Untuk mengetahui Penerapan Teknologi Pendidikan yang Berlandaskan Teori Psikologi Sosial

2. BAHASAN UTAMA

2.1 Psikologi Sosial

2.1.1 Definisi Psikologi Sosial

Psikologi adalah ilmu tentang perilaku dan proses mental. Sosial (massa) dapat diartikan sebagai bentuk kolektivisme (kebersamaan). Oleh karena itu psikologi massa atau psikologi sosial akan berhubungan perilaku yang dilakukan secara bersama-sama oleh sekelompok massa. (http. suryanto.blog.unair.ac.id di akses 15 Oktober 2010). Psikologi sosial adalah psikologi yang mempelajari psikologi seseorang di masyarakat, yang mengkombinasikan ciri-ciri psikologi dengan ilmu social untuk mempelajari pengaruh masyarakat terhadap individu dan antarindividu (Hollander dalam Pidarta, 2007:219).

Definisi Psikologi Sosial yang diberikan oleh para Sarjana Psikologi Sosial menunjukan ruang lingkup Psikologi Sosial. Beberapa definisi diantaranya adalah sebagai berikut :.

Social Psycology is scientific study of the experience and behavior of individuals in relation to social stimulus situation” (Sherif & Sherif dalam Sarwono, 1984: 3).

Social Psycology can be defined as the science of interpersonal behavior events” (Krech, Crutchfield & Ballachey dalam Sarwono, 1984:3).

Social Psycology is the scicentific studyof human interaction” (Watson dalam Sarwono, 1984:3).

Social Psycology is the study of the individual human being as he interacts, largely symbolically with his environment” (Dewey & Humber dalam Sarwono, 1984:3).

Social Psycology is a subdiscipline of psychology that especially involves the scienctific study of the behavior of individuals as a function of social stimuli” (Jones & Gerard dalam Sarwono, 1984:3).

Social Psycology is ther scienctific study of the experience and behavior of individuals in relation to other individuals, groups and culture (Mc. David & Harari dalam Sarwono, 1984:3).

Dari keterangan definisi tersebut di atas, dapat dibedakan 3 wilayah studi Psikologi sosial :

1. Studi tentang pengaruh sosial terhadap proses individual, misalnya studi tentang persepsi, motivasi, proses belajar, sifat.

2. Studi tentang proses-proses individual bersama, seperti bahasa, sikap sosial dan sebagainya.

3. Studi tentang interaksi kelompok, misalnya kepemimpinan, komunikasi, kerja sama, peran sosial dan sebagainya.

Dapat didefinisikan bahwa psikologi sosial adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku individu sebagai fungsi dari rangsangn sosial baik berupa norma-norma, kelompok sosial dan produk-produk sosial lainnya yang ada di sekitar individu (Sawono, 1984:4). Psikologi sosial fokus pada perilaku manusia yaitu bagaimana orang memandang & mempengaruhi orang lain. Psikologi sosial mempelajari mengapa situasi sosial dapat berpengaruh pada individu khususnya pada perilaku yang mengarah ke tindakan baik atau buruk, berkompromi atau bebas.

Psikologi sosial merupakan perkembangan ilmu pengetahuan yang baru dan merupakan cabang dari ilmu pengetahuan psikologi pada umumnya. Ilmu tersebut menguraikan tentang kegiatan-kegiatan manusia dalam hubungannya dengan situasi-situasi sosial. Dari berbagai pendapat tokoh-tokoh tentang pengertian psikologi sosial dapat disimpulkan bahwa psikologi sosial adalah suatu studi ilmiah tentang pengalaman dan tingkah laku individu-individu dalam hubungannya dengan situasi sosial. Secara sederhana objek material dari psikologi sosial adalah fakta - fakta, gejala - gejala serta kejadian - kejadian dalam kehidupan sosial manusia. Sekilas ternyata objek psikologi sosial mirip dengan ilmu sosiolgi dan bila digambarkan sebenarnya psikologi sosial adalah merupakan pertemuan irisan antara ilmu psikologi dan ilmu sosilogi.

2.1.2 Perkembangan Sosial

Secara psikologis, lingkungan mencakup segenap stimulasi yang di terima oleh individu mulai sejak dalam konsensi, kelahiran sampai matinya. Stimulus itu misalnya berupa: sifat-sifat “genes”, interaksi “genes”, selera, keinginan, perasaan, tujuan-tujuan, minat, kebutuhan, kemauan, emosi dan kapasitas interktual (Soemanto, 2006:84). Perkembangan sosial dipengaruhi faktor-faktor dari dalam dan luar diri individu. Dari dalam diri individu di kenal dengan konsep “aku”, perkembangan konsep aku pada masa bayi belum jelas namun akan berangsur-angsur mulai tumbuh dan berkembang (Tirtaraharja, 2005:110). Berbagai faktor yang ikut mempengaruhi terbentuknya konsep diri (self-concept) pada anak yang dapat mempengaruhi perkembangan kepribadiannya di gambarkan dengan skematis oleh crow dan crow seperti pada bagan 1.

Bagan 1

Berbagai Pengaruh dalam Pembentukan Konsep Diri (Self Concept)

(L.D. Crow dan A. Crow, 1962 Child Development and Adjustment dikutip dari Tirtaraharja, 2005: 111)

Ternyata terdapat sejumlah faktor yang ikut mempengaruhi pembentukan “konsep aku” diri anak, yang dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian anak. Yang akan di bahas secara khusus yang berhubungan dengan sekolah (termasuk guru). Perlu ditekankan bahwa sesudah keluarga, sekolah merupakan lembaga yang paling besar pengaruhnya terhadap perkembangan kepribadian, bahkan sesudah orang tua, gurulah yang paling besar pengaruhnya terhadap perkembangan kepribadian anak termasuk pembentukan konsep diri. Tetapi terdapat perbedaan posisi antar keluarga (orang tua) dengan sekolah (guru) tehadap perkembangan kepribadian anak, yaitu sekolah tidak dari awal tetapi hanya melanjutkan apa yang telah di mulai di keluarga. Di samping itu, pada saat anak memasuki sekolah berarti telah terdapat dua lembaga yang besar peranannya terhadap perkembangan kepribadian anak yakni keluarga dan sekolah. Apabila terdapat keserasian antara keduanya, maka pengaruhnya akan saling menguatkan, tetapi apabila keduanya tidak serasi, maka akan membingungkan anak. Hal ini menunjuk perlunya guru memahami pribadi anak yang telah diletakan di keluraga, serta perlunya hubungan dan kerjasama yang erat antara sekolah dan keluarga.

Menurut Hurlock dalam Tirtaraharja (2005:112) “ terdapat reaksi berantai antara kepribadian anak dan sekolahnya, yakni kepribadiannya sangat menentukan penyesuaiannya di sekolah, dan penyesuaiannya di sekolah berpengaruh besar tehadap konsep dirinya”. Oleh karena itu diperlukan bantuan dan bimbingan guru untuk memperlancar proses penyesuaian diri anak dengan situasi sekolah. Sikap siswa terhadap sekolahannya akan mempengaruhi baik prestasi akademik maupun non-akademik, untuk itu diperlukan komunikasi antarpribadi yang terbuka dan saling mempercayai antara guru dan siswa. Sehingga guru dapat membantu siswa memahami dirinya secara tepat serta dapat menerima dirinya dengan sewajarnya.

Dari luar diri individu adalah pengaruh lingkungan sosial dan kebudayaan masyarakat, termasuk didalamnya pengaruh pendidik pada umumnya yaitu orang tua dalam keluarga, pemimpin sebaya dalam masyarakat, guru di sekolah, serta pemimpin dalam masyarakat (Sinolungan, 1996:88). Kemampuan sosial berproses sejak bayi sampai akhir hayat dalam lingkungan. Hubungan atau interaksi dalam masyarakat, mempengaruhi perkembangan sosial individu, perkembangan sosial berubah dari penuh ketergantungan menuju kemandirian dalam suasana kedewasaan yang bertanggung jawab, di tengah kelompok sosial seseorang dipengaruhi sebagai objek, dan sebagai subjek jika yang mempengaruhi perilaku sesama dalam lingkungannya. Tiap pendidik dalam arti luas itu diharapkan memberi teladan sambil menanamkan nilai-nilai luhur pada warganya dalam hubungan hidup bermasyarakat.

2.2 Teori Yang Ada dalam Psikologi Sosial

Berbagai teori yang ada dalam psikologi sosial dikelompokan dalam orientasi (Sarwono, 1984:12). Ada 4 orientasi dimana teori-teori itu dikelompokan yaitu :

a. Orientasi Faktor Penguat

b. Orientasi Teori Lapangan

c. Orientasi Kesadaran

d. Orientasi Psikoanalisa

Yang akan akan dipaparkan dalam makalah ini mengenai Orientasi Faktor Penguat dan Orientasi Psikoanalisa

2.2.1 Orientasi Faktor Penguat

Salah satu aliran yang besar besar pengaruhnya dalam psikologi adalah aliran Behaviorisme. Menurut J.B. Watson dalam Sarwono (1984:13) berpendapat bahwa agar psikologi dapat tetep ilmiah, maka ia harus objektif dan agar it tetep objektif ia hanya dapat mempelajari tingkah laku yang Nampak oleh mata (Overt), oleh sebab itu setiap tingkah laku ditentukan di atur oleh rangsang. Teori yang mementingkan hubungan dan tingkah laku balasan ini disebut teori rangsang balas (Stimulus-respons theory).

2.2.2 Teori Perkuatan Dollard dan Miller

Teori ini termasuk dalam aliran Behaviorisme moderat dan merupakan modifikasi serta penyederhanaan Teori Perkuatan Leonard Clark Hull yang dihasilkan oleh kerjasama dari John Dollard dan Neal Miller. Selain itu, teori ini juga bertolak dari Teori Psikoanalitis serta temuan-temuan dan generalisasi dari antropologi sosial. Maka tidak diragukan lagi teori ini bercorak klinis dan sosial. Dalam makalah ini, Teori Perkuatan Dollard dan Miller akan dibagi secara ringkas ke dalam lima sub pokok bahasan mulai dari, Struktur Kepribadian, Dinamika Kepribadian, Perkembangan Kepribadian,

a. Struktur Kepribadian

Dollard dan Miller kurang menaruh minat pada unsur-unsur struktural atau unsur-unsur yang relatif tidak berubah dalam kepribadian, tetapi berminat pada proses belajar dan perkembangan kepribadian. Kebiasaan adalah konsep struktural kunci dalam teori ini sebagaimana telah dijelaskan dalam eksperimen bahwa kebiasaan merupakan asosiasi antara stimulus (baik eksternal maupun internal) dan respon. Susunan dari kebiasaan yang telah dipelajari tersebut membentuk kepribadian.

Sejumlah kebiasaan melibatkan respon internal yang membangkitkan stimulus internal yang bersifat dorongan (drive). Dorongan itu sendiri merupakan stimulus yang cukup kuat untuk mengaktifkan perilaku (Sarwono, 1984:24). Dorongan terbagi menjadi dua jenis, yaitu:

· Dorongan Primer (primary drives):

Adalah dorongan-dorongan yang berkaitan dengan kondisi fisik atau fisiologis, seperti lapar, haus, seks, dan sebagainya. Dorongan primer ini dianggap kurang penting oleh Dollard dan Miller dalam tingkah laku manusia karena fungsinya telah tergantikan oleh dorongan sekunder.

· Dorongan Sekunder (secondary drives):

Merupakan asosiasi pemuasan dari dorongan primer, seperti kecemasan, rasa takut, gelisah, dan sebagainya. Dorongan sekunder ini dibandingkan dengan dorongan primer dianggap memiliki peranan yang lebih penting dalam tingkah laku manusia karena lebih tampak secara nyata dan dipandang sebagai bagian-bagian kepribadian yang bersifat menetap.

b. Dinamika Kepribadian

Dollard dan Miller sangat eksplisit dalam mendefinisikan sifat motivasi. Mereka menguraikan secara rinci perkembangan dan perluasan motif-motif, tetapi mereka tidak membahas taksonomi dan klasifikasi motif. Mereka berfokus pada motif-motif tertentu, misalnya kecemasan, dan analisis motif dibuat untuk menjelaskan proses umum yang berlaku untuk semua motif. Pengaruh dorongan-dorongan pada manusia menjadi rumit karena munculnya sejumlah dorongan baru. Dorongan-dorongan yang baru merupakan hasil penurunan atau pemerolehan sama seperti dorongan yang dipelajari.

Selama proses pertumbuhan, tiap individu mengembangkan sejumlah besar dorongan sekunder yang bertugas membentuk tingkah laku. Dorongan-dorongan yang dipelajari ini diperoleh dari dorongan-dorongan primer, yang merupakan perluasan dorongan-dorongan tersebut, dan merupakan bentuk luar dimana tersembunyi fungsi-fungsi dorongan-dorongan bawaan yang mendasarinya. Stimulus dorongan sekunder umumnya telah menggantikan fungsi asli stimulus dorongan primer. Dorongan-dorongan yang diperoleh misalnya kecemasan, rasa malu, dan keinginan untuk menyenangkan orang lain, mendorong sebagian besar perbuatan manusia. Implikasi peranan dorongan-dorongan primer dalam banyak hal tidak dapat diamati lagi dalam situasi biasa pada seorang dewasa yang memasyarakat. Hanya dalam proses perkembangan, atau pada masa-masa kritis (gagal dalam penyesuaian diri menurut tuntutan kultural masyarakat), orang dapat mengamati dengan jelas bekerjanya dorongan-dorongan primer.

c. Perkembangan Kepribadian

Dalam perkembangannya, manusia mengalami proses belajar yang oleh Menurut Dollard dan Miller dalam Sarwono (1984: 24) dikemukakan empat konsep penting di dalamnya, yaitu: dorongan, sebagaimana telah dijelaskan di awal; isyarat (cue), adalah suatu stimulus yang membimbing respon organisme dengan mengarahkan atau menentukan ketepatan sifat responnya (isyarat ini menentukan kapan organisme harus merespon, mana yang harus direspon, dan respon mana yang harus diberikan); respon, merupakan bagian yang sangat penting dalam proses belajar, sebagaimana dijelaskan oleh Dollard dan Miller bahwa sebelum suatu respon tertentu dapat dihubungkan dengan suatu isyarat tertentu maka respon harus terjadi dahulu, dan tahap yang menentukan dalam proses belajar adalah menentukan respon mana yang cocok; dan perkuatan (reinforcement)

Proses-proses belajar yang terjadi mendasari perolehan dorongan sekunder yang merupakan perluasan dari dorongan primer. Stimulus yang kuat dapat membangkitkan respon internal yang kuat, yang lalu menghasilkan stimulus internal yang lebih lanjut lagi. Stimulus internal lanjutan ini bertindak sebagai isyarat untuk membimbing atau mengontrol dorongan yang memaksa organisme bertindak sampai ia mendapat perkuatan atau suatu proses lain yag menghalanginya. Proses perkuatan membuat respon atau perilaku dapat berulang, sedangkan proses lain yang menghalangi dapat secara berangsur-angsur menghapus respon tersebut. Penghapusan respon tersebut dapat juga dilakukan dengan counterconditioning di mana respon kuat yang tidak sesuai disesuaikan pada isyarat yang sama, misalnya stimulus (isyarat) yang menghasilkan respon takut dipasangkan dengan makanan, sehingga lama-lama respon takut tersebut bisa menghilang.

Sebagaimana ahli-ahli psikoanalisis, Dollard dan Miller sepakat bahwa 6 tahun pertama kehidupan merupakan faktor penentu penting bagi tingkah laku orang dewasa. Dan konflik tak sadar bisa dipelajari pada masa ini yang akhirnya menimbulkan masalah-masalah emosional di kehidupan kemudian.

2.2.3 Orientasi Psikoanalisis

Psikoanalisis pertama kali dikemukakan oleh Sigmund Freud, memang teori yang kontroversual. Teori freud memang sulit dipahami. Sebab yang pertama adalah karena konsepnya berubah-ubah (berkembang) terus. Kedua karena psikoanalisis hanya berfungsi sebagai teori, tetapi sekaligus juga teknik terapi dan teknik analisis kepribadian manusia. Ketiga, freud sendiri tidak banyak menulis tentang psikologi kelompok (Sarwono,1984:129). Konsep-konsep freud sendiri antara lain:

1. Variable-variable interpersonal dan aparat-aparat psikos.

Aparat-aparat psikis menurut freud dapat digolongkan kedalam 3 golongan yaitu;

· Libido

Libido adalah energi vital. Energi ini sepenuhnya bersifat kejiwaan dan tidak boleh dicampurkan dengan energi fisik yang bersumber pada kebutuhan-kebutuhan biologis seperti lapar dan haus. Freud mengemukakan bahwa manusia terlahir dengan sejumlah insting (naluri). Insting dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu insting hidup (life insting) dalah naluri untuk mempertahankan hidup dan keturunan dan Insting mati (death insting) adalah naluri yang menyatakan bahwa suatu saat orang itu akan mati insting mati ini menyebabkan perilaku-perilaku agresif. Sifat, kekuatan dan cara penyaluran dari libido pada masa kanak-kanak sangat menentukan kehidupan kejiwaan dan kepribadian orang yang bersangkutan. Karena itu masa kanak-kanak dipandang freud sebagai masa kritis yang penting sekali artinya.

· Struktur kejiwaan

Jiwa oleh freud dibagi dalam 3 bagian yaitu; Kesadaran (consciousness) ada;lah bagioan kejiwaan yang berisi hal-hal yang disadarinya, diketahuinya. Prakesadaran (preconsciousness) adalah bagian kejiwaan yang bersikan hal-hal yang sewaktu-waktu dapat dipanggil ke kesadaran melalui asosiasi-asosiasi. Ketidaksdaran 9uncosciousness) adalah proses-proses yang tidak disadari, akan tetapi tetap berpengaruh pada tingkah laku orang yang bersangkutan.

· Struktur kepribadian

Ada 3 sistem yang terdapat dalam struktur kepribadian yaitu;

· id adalah sumber dari segala energi psikis.

Jiwa seorang bayi yang baru lahir hanya terdiri dari id. Isinya adalah impuls-impuls yang berasal dri kebutuhan-kebutuhan biologic dan impuls-impuls inilah yang mengtur seluruh tingkah laku bayi. Semua cirri ketidak sadaran berlaku buat id; amoral, tidak terpengaruh oleh waktu, tidak memperdulikan realitas, tidak menyensor diri sendiri dan berkerja atas dasar prinsip kesengan. Obyek-obyek yang diperlukan untuk memenuhi impuls-impuls Dari id terletak dalam realitas, maka id menerlukan suatu system yang dapat menghubungkan dengan realitas (dunia nyata). Oleh karena itulah tumbuh system baru dalam jiwa bayi yaitu ego. Pertumbuhan ego sejak bayi itu dikonfrontasikan dengan kenyataan bahwa realitas adalah suatu hal yang tidak busa diperlakukan seenaknya saja. Fungsi utama ego adalah menghadapi realitas dan menterjemahakan untuk id.

* Ego juga beroperasi atas dasar proses berpikir sekunder. Persepsi dan kognisi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses sekundera tersebut.

* Superego adalah system moral dari kepribadian berisi norma-norma budaya, nilai-nilai social dan tata cara yang sudah diserap kedalam jiwa superego mempunyai prinsip yang bertewntangan dengan id. Superego berprinsip mencari kesempurnaan. Superego terbentuk sebagai reaksi terhadap tata aturan masyarakat yang dihadapkan kepada anak oleh orang tua ( atau tokoh orang tua) melalui mekanisme hukuman dan ganjaran. Tujuan utama proses sosilissi menurut freud adalah pembentukan superego yang sehat. Orang yang tersosialisasi adalah orang yang menerima tata aturan masyarakat sebagai aturan-aturannya sendiri. Tugas ego adalah menyusun strategi tingkah laku sedimikian rupa sehingga keinginan kedua pihak terpenuhi dan sekaligus nsesuai dengan realitas.

2. Pertahanan Ego

Untuk melindunginya dirinya dari keadaan yang menyenangkan itu ego melakukan maneuver (gerakan) yang disebut pertahanan ego Ego defense). Pertahanan ego ini mempunyai 2 ciri yaiti; mengabaikan atau mengacaukan realitas dan berkerja pada taraf ketidaksadaran.

a. Represi

Represi adalah memasukan hal-hal yang tidak menyenangkan dari dalam kesadaran, ke dalam ketidaksadaran. Hal yang tidak menyenangkan misalnya; cinta anak pada ibunya sendiri, rasa benci pada ayah, ketakutan akan dikeberi oleh ayah dsb. Energi-energi yang timbul sebagai akibat hal-hal yang direpres itu kemudian dapat disalurkan kepada obyek-obyek atau tingkah laku yang berbahaya buat ego.

b. Proyeksi

Dalam proyeksi seseorang melontarkan impuls-impuls, kainginan-keinginan, ide-ide dari dirnya yang tidak dapat diterimanya sendiri, kepada obyek atau orang lain diluar dirinya.

c. Pembentukan reaksi (Reaction Formation)

Mekanisme pembentukan reaksi adalah menekan impuls-impuls yang tidak disukai kedalam ketidaksadaran dan memunculkan hal yang justru berl;awanan dalam kesadaran

d. Penolakan (denial)

Penolakan adalah mekanisme pertahanan ego yang paling primitif. Caranya ialah dengan menganggap tidak ada hal-hal yang sesungguhnya ada.

e. Sublimasi

Sublimasi adalah deseksualisasi impuls-impuls seksual dari id. Libido disalurkan ke dalam tingkah laku artistic, keterampilan-keterampilan teknis dsb.

3 Psikologi kelompok menurut freud

Teori freud sebenarnya lebih dekat kepada antropologi social dari pada psikologi social. Beberapa prinsip yang berlaku edalam fungsi kelompok menurut freud;

a. Fungsi masyarakat adalah untuk menghambat dan mereres impuls-impuls naliriah perorangan.

b. Keluarga adalah aparat dasar dari masyarakat.

c. Ego bertugas sebagai perantara antara batas-batas social dan insting.

d. Manusia dan lingkungan sosialnya selalu berda dalam konflik yang tiada henti.

e. Kelompok-kelompok dan masyarakat terbentuk sebagai kelanjutan keterikatan libido anak pada orang tuanya.

f. Keadilan social timbul dara persaan saling membutuhkan dan saling memenuhi antar anggota masyarakat.

g. Pranata-pranata sosial.

h. Pembentukan masyarakat tidak disebabkan oleh adanya satu atau dua objek yang punya kekuasaan yang luar biasa, disebabkan oleh sublimisasi dan deseksulisasi libido kedorongan persahabatan.

2.2.4 Teori Psikoanalisis tentang Sikap Sosial

Teori ini diajukan oleh Sarnoff, materi teori ini menyangkut sikap (attitude) yang diterangkan berdasarkan mekanisme pertahanan ego. Menurut Sarnoff dalam Sarwono (1984:173) diantara berbagai sikap yang ditunjukan oleh manusia, ada yang fungsinya mempertahankan ego dari ancaman bahaya, baik yang dating dari luat maupun dari dalam diri sendiri.

Terdapat konsep-konsep dasar yang dipaparkan oleh Sarnoff dalam Sarwono (1984:173) antara lain:

a. Motif

Adalah suatu rangsang yang menimbulkan ketegangan (tension), dan ketegangan itu mendorong orang yang bersangkutan untuk meredakannya.

b. Konflik

Jika ada dua motif yang bekerja pada satu saat yang sama maka akan timbullah konflik. Batasan ini didasarkan pada pra anggapan yang dikemukakan Sarnoff bahwa setiap individu hanya dapat melayani (meredakan) satu motif pada satu saat, jika konflik ini tidak dipecahkan maka konflik tersebut bisa berlarut-larut dan individu yang bersangkutan bisa jadi korban motif-motifnya sendiri yang saling bertentangan.

c. Pertahanan Ego (ego defense)

Jika individu menghadapi rangsang atau situasi yang berbahaya maka ego akan terancam. Ancaman bahaya ini akan menimbulkan motif takut pada inidividu yang bersangkutan. Kalau motif takut sudah tidak dapat ditolerir lebih lanjut dan orang yang bersangkutan tidak dapat melepaskan diri dari objek yang ditakuti itu maka ia akan mempertahankan egonya. Respon mempertahankan atau melindungo ego ini disebut pertahanan ego.

d. Sikap (attitude)

Sikap berfungsi untuk mengurangi ketegangan yang dihasilkan oleh motif-motif tertentu. fungsi sikap ini dapat dilakukan dalam kesadaran yang penuh dan bisa pula berupa bagian dari suatu proses yang tidak disadari.

2.3 Penerapan Teknologi Pendidikan yang Berlandaskan Teori Psikologi Sosial

Teknologi pembelajaran (instructional technology) merupakan suatu bidang kajian khusus (spesialisasi) ilmu pendidikan dengan obyek formal ”belajar”pada manusia secara pribadi atau yang tergabung dalam suatu organisasi. Belajar tidak hanya berlangsung dalam lingkup persekolahan (lembaga pendidikan) ataupun pelatihan, melainkan juga pada organisasi misalnya keluarga, masyarakat, dunia usaha, bahkan pemerintahan. Belajar tidak hanya dilakukan oleh dan untuk individu, melainkan oleh dan untuk kelompok, bahkan oleh organisasi secara keseluruhan. Belajar itu ada di mana saja, kapan saja dan pada siapa saja, mengenai apa saja, dengan cara dan sumber apa saja yang sesuai dengan kondisi dan keperluan atau kebutuhan (Miarso, 2004:193-194). Oleh karena itu teknologi pembelajaran berupaya untuk memacu (merangsang) dan memicu (menumbuhkan) belajar. Maksudnya menekankan pada hasil belajar dan menjelaskan bahwa belajar adalah tujuannya dan pembelajaran adalah sarana untuk mencapai tujuan tersebut.

Bidang kajian belajar dan pembelajaran ini pada awalnya digarap dengan mensintesiskan berbagai teori dan konsep dari berbagai disiplin ilmu lain ke dalam suatu usaha terpadu, atau disebut dengan pendekatan isomeristik, yaitu menggabungkan berbagai pemikiran atau disiplin keilmuan yang berkaitan dalam satu kesatuan yang lebih bermakna (Miarso, 2004: 62, 199). Menurut Donald P. Ely (1983) teknologi pembelajaran meramu sejumlah disiplin dasar dan bidang terapannya menjadi suatu prinsip, prosedur, dan keterampilan. Disiplin ilmu yang memberi kontribusi terhadap teknologi pembelajaran adalah: 1) basic contributing discipline, yaitu: komunikasi, psikologi, evaluasi dan manajemen; 2) related contributing fields, yaitu: psikologi persepsi, psikologi kognisi, psikologi sosial, media, sistem, dan penilaian kebutuhan (Miarso, 2004: 200). Selain itu juga memadukan berbagai macam pendekatan dari bidang psikologi, komunikasi, manajemen, rekayasa, dan lain-lain secara bersistem (Miarso, 2004: 557).

Mengingat teknologi pembelajaran adalah suatu bidang inovasi dalam bidang pendidikan. Inovasi merupakan salah satu bentuk perubahan yang dikehendaki atau ke arah perbaikan dalam sistem pendidikan. Inovasi dapat berupa gagasan, benda, atau teknologi yang dipandang baru oleh individu atau organisasi. Adanya inovasi merupakan syarat terjadinya proses difusi. Difusi merupakan proses penyebaran atau mengkomunikasikan suatu inovasi sehingga dapat diadopsi dan digunakan oleh warga masyarakat. Langkah-langkah difusi inovasi melalui tahap pengetahuan, persuasi (bujukan), keputusan, implementasi, dan konfirmasi. Sedangkan proses adopsi inovasi melalui tahap kesadaran, minat, penilaian, percobaan dan adopsi. Dalam proses adopsi inovasi menuntut adanya konsekuensi berupa perubahan pada individu atau sistem sosial sebagai akibat dari mengadopsi atau menolak suatu inovasi. Institusionalisasi inovasi (pelembagaan) terjadi bila inovasi telah menjadi bagian integral dalam suatu organisasi atau sistem sosial masyarakat. Dalam teknologi pembelajaran, teori difusi inovasi dapat diaplikasikan dalam pemanfatan teknologi khususnya Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) seperti pembelajaran berbantuan komputer (CAI), e-dukasi.net, siaran televisi edukasi (TVE), dan sebagainya.

3. KESIMPUAN

Dari permasalahan yang dibahas, dapat disimpulkan bahwa :

1. Definisi psikologi sosial, dari berbagai pendapat tokoh-tokoh tentang pengertian psikologi sosial dapat disimpulkan bahwa psikologi sosial adalah suatu studi ilmiah tentang pengalaman dan tingkah laku individu-individu dalam hubungannya dengan situasi sosial.

2. Teori-teori dalam psikologi sosial ad 4 orientasi dimana teori-teori itu dikelompokan yaitu : Orientasi Faktor Penguat, Orientasi Teori Lapangan, Orientasi Kesadaran, Orienetasi Psikoanalisa

3. Penerapan Teknologi Pendidikan yang Berlandaskan Teori Psikologi Sosial, mengingat teknologi pembelajaran adalah suatu bidang inovasi dalam bidang pendidikan. Inovasi merupakan salah satu bentuk perubahan yang dikehendaki atau ke arah perbaikan dalam sistem pendidikan. Inovasi dapat berupa gagasan, benda, atau teknologi yang dipandang baru oleh individu atau organisasi. Adanya inovasi merupakan syarat terjadinya proses difusi. Difusi merupakan proses penyebaran atau mengkomunikasikan suatu inovasi sehingga dapat diadopsi dan digunakan oleh warga masyarakat. Langkah-langkah difusi inovasi melalui tahap pengetahuan, persuasi (bujukan), keputusan, implementasi, dan konfirmasi. Sedangkan proses adopsi inovasi melalui tahap kesadaran, minat, penilaian, percobaan dan adopsi


DAFTAR PUSTAKA

http://Psikologi_Sosial. Diakses 15 Oktober 2010

Miarso, Yusufhadi. 2004. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Pidarta, Made. 2007. Landasan Kependidikan (STIMULUS ILMU PENDIDIKAN BERCORAK INDONESIA). Jakarta: Rineka Cipta.

Sinolungan, A.E. 1997. Perkembangan Peserta Didik (PSIKOLOGI PERKEMBANGAN). Jakarta: PT Toko Gunung Agung

Soemanto,Wasty. 2006. Psikologi Pendidikan (Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan). Jakarta: PT Asdi Mahasatya.

Suryanto. 2008. Memahami Psikologi Massa dan Penanganannya. http://suryanto.blog.unair.ac.id. Di akses 15 Oktober 2010.

Tirtaraharja, Umar. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.

Viklund, Andreas. 2005. Psikologi sosial (Kohesivitas). [Online] Tersedia: http://www. Andreas Viklund WordPress.com. di akses 15 Oktober 2010